Pelebon Anak Agung Niang, Ubud pun Menjadi Lautan Manusia

Pelebon Anak Agung Niang, Ubud pun Menjadi Lautan Manusia
Bade dalam pelebon Anak Agung Niang Agung menjadi salah satu perhatian wisatawan. Foto: Ken Girsang/JPNN.com

jpnn.com, BALI - Lautan manusia membanjiri seluruh sudut jalan di sekitar Puri Agung Ubud, Gianyar, Bali, Jumat (2/3). Antusias menyaksikan upacara Pelebon Anak Agung Niang Agung, istri dari Tjokorda Gde Agung Sukawati (1910-1978) yang dikenal sebagai raja terakhir Ubud, Gianyar, Bali.

Ken Girsang, Bali

Anak Agung Niang Agung meninggal dunia pada 14 Januari lalu, di usia 96 tahun. Upacara Pelebon atau biasa disebut ngaben (kremasi), merupakan salah satu upacara adat keagamaan Hindu Bali.

Upacara dilakukan sebagai bentuk penghormatan keluarga dan masyarakat pada almarhum. Dilaksanakan setelah para pemuka agama melihat hari yang baik.

Meski terkait dengan kematian, namun seluruh rangkaian acara berlangsung begitu meriah. Upacara Pelebon kini menjadi salah satu daya tarik pariwisata paling terkenal di Bali.

Tak heran, puluhan ribu manusia membaur dengan keluarga kerajaan sejak Jumat pagi. Baik itu masyarakat Bali, wisatawan dari berbagai negara di dunia maupun Majelis Agung Raja-Raja se-Indonesia.

Hadir juga Presiden kelima RI Megawati Soekarnoputri, Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, Menteri Pariwisata Arief Yahya dan sejumlah pejabat lainnya.

Semua sangat antusias mengikuti setiap prosesi. Dimulai dari pembersihan jenazah dan dikenakan pakaian adat Bali, seperti layaknya orang yang masih hidup.

Bade dalam pelebon Anak Agung Niang yang terbuat dari material kayu dan bambu itu, mendapat penghargaan dari Museum Rekor Indonesia.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News