Pemahaman Gangguan Saraf pada Milenial & Gen Z Masih Rendah

Pemahaman Gangguan Saraf pada Milenial & Gen Z Masih Rendah
Klinik Pintar meluncurkan kampanye Gerakan Sadar Saraf di Usia Produktif bersamaan dengan diresmikannya Neuro Care by Klinik Pintar sebagai klinik spesialis saraf pertamanya. Foto: Neuro Care

jpnn.com, JAKARTA - Gejala penyakit terkait saraf makin menyerang usia produktif.

Gejala seperti sakit kepala, nyeri tengkuk, nyeri pinggang bawah, kesemutan, kebas, hingga diagnosis strok yang sebelumnya banyak diderita oleh orang tua, kini mulai menyerang anak muda yang disebabkan oleh gaya hidup dan pola kerja sehari-hari.

Namun, masyarakat terutama anak muda cenderung masih memiliki persepsi yang salah tentang gangguan saraf.

Kesadaran yang rendah untuk segera melakukan konsultasi ke dokter spesialis saraf dan cenderung melakukan pengobatan mandiri seperti mengonsumsi obat penghilang nyeri atau pijat dan urut. Akibatnya, keluhan sakit bisa kembali kambuh atau bertambah parah.

Terkait hal ini, Klinik Pintar sebagai startup yang berfokus pada teknologi kesehatan meluncurkan kampanye Gerakan Sadar Saraf di Usia Produktif bersamaan dengan diresmikannya Neuro Care by Klinik Pintar sebagai klinik spesialis saraf pertamanya.

Captain Neuro Care by Klinik Pintar dr. Zicky Yombana, Sp.S mengatakan saat ini profil pasien dengan gangguan saraf sudah bergeser ke usia produktif mulai dari rentang 20 sampai 30 tahun ke atas.

Gejala yang muncul kerap tidak disadari sebagai gangguan saraf dan sering kali dihubungkan dengan penyakit dalam (internis) atau penyakit otot dan tulang.

Banyak pemahaman-pemahaman yang salah tentang gangguan saraf sehingga penanganannya terlambat.

Gejala penyakit terkait saraf makin menyerang usia produktif, milenial dan gen Z.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News