Pembangunannya Menghabiskan Dana Rp 85 Miliar, Masjid Terbesar Melbourne Resmi Dibuka untuk Umum

Pengalaman Aliyah ini merupakan salah satu insiden yang dilaporkan ke Islamophobia Register Australia pada 2018 dan 2019.
Laporan Islamofobia di Australia terbaru, yang dirilis hari Selasa (15/03), menganalisis 247 insiden di dunia nyata dan online yang dilaporkan pada tahun sebelum dan sesudah peristiwa Pembantaian Christchurch.
Insiden yang dilaporkan mencakup serangan fisik, penyerangan, perusakan properti, pelecehan non-verbal, intimidasi, dan ancaman online.
Rilis laporan ini bertepatan dengan peringatan ketiga serangan teroris di Selandia Baru pada 2019, ketika seorang ekstremis sayap kanan Australia, Brenton Tarrant menembak dan membunuh 51 jamaah salat Jumat.
Sebagian besar insiden melibatkan ujaran kebencian, disusul sikap diskriminasi, serangan berupa grafiti dan vandalisme, sementara kerusakan properti 2 persen dan korban individu 3 persen.
Seperti laporan sebelumnya, sebagian besar pelaku serangan Islamofobia adalah laki-laki, yaitu 78 persen insiden, sementara korbannya 82 persen kaum perempuan.
Insiden lain dialami Nabil (bukan nama sebenarnya) bersama istrinya, yang harus pindah dari akomodasi yang disiapkan universitasnya di Camden, Sydney.
Kondisi istri Nabil yang sedang hamil ternyata tidak menghalangi seorang pria dan wanita kulit putih meneriakinya dengan kata-kata kasar terkait dengan pakaiannya.
Masjid Raya Melbourne yang terletak di Tarneit resmi dibuka untuk umum di tengah lonjakan laporan insiden Islamofobia
- Industri Alas Kaki Indonesia Punya Potensi Besar, Kenapa Rawan PHK?
- Apa Arti Kemenangan Partai Buruh di Pemilu Australia Bagi Diaspora Indonesia?
- Dunia Hari Ini: Presiden Prabowo Ucapkan Selamat Atas Terpilihnya Lagi Anthony Albanese
- Partai Buruh Menang Pemilu Australia, Anthony Albanese Tetap Jadi PM
- Korea Selatan dan Australia Ramaikan Semarang Night Carnival 2025
- Dunia Hari Ini: Israel Berlakukan Keadaan Darurat Akibat Kebakaran Hutan