Pembelajaran Tatap Muka Terbatas Menekan Dampak Sosial Negatif

Pembelajaran Tatap Muka Terbatas Menekan Dampak Sosial Negatif
Mendikbud Nadiem Makarim. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Pandemi Covid-19 sudah satu tahun melanda dunia dan menimbulkan dampak sosial negatif yang berkepanjangan seperti putus sekolah, penurunan capaian belajar, kekerasan pada anak, dan risiko eksternal lainnya. 

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim
menjelaskan prinsip yang menjadi pertimbangan utama dalam penyelenggaraan pendidikan selama pandemi Covid-19 adalah kesehatan dan keselamatan serta tumbuh kembang dan hak anak. 

Mendikbud Nadiem menjelaskan itu pada pengumuman Surat Keputusan Bersama (SKB) Mendikbud, Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Menteri Kesehatan (Menkes), dan Menteri Agama (Menag) tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran di Masa Pandemi Covid-19, Selasa (30/3),

Mendikbud menyampaikan terima kasih kepada warga satuan pendidikan yang terus bahu membahu memastikan prinsip tersebut dijunjung di tengah begitu banyaknya tantangan.

“Salah satu tantangan terbesar adalah murid tidak bisa ke sekolah untuk berinteraksi dengan teman-teman sebayanya dan guru mereka. Manfaat pembelajaran tatap muka pada kenyataannya memang sulit untuk digantikan dengan pembelajaran jarak jauh,” terang Nadiem.

Untuk diketahui, Indonesia adalah satu dari empat negara di kawasan timur Asia dan Pasifik yang belum melakukan pembelajaran tatap muka secara penuh. Sementara, 23 negara lainnya sudah.

UNICEF menyebut bahwa anak-anak yang tidak dapat mengakses sekolah secara langsung makin tertinggal.

Dampak terbesar dirasakan oleh anak-anak yang paling termarjinalisasi. 

Menurut Nadiem Makarim, prinsip yang menjadi pertimbangan utama dalam penyelenggaraan pendidikan selama pandemi Covid-19 adalah kesehatan dan keselamatan serta tumbuh kembang dan hak anak. 

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News