Pembuat Peti Mati di Indonesia Kewalahan Memenuhi Permintaan di Tengah Pandemi COVID-19

"Kalau dulu sebelum COVID-19 paling banyak 15-20 peti saja," ujarnya kepada IDN Times pekan lalu.
Namun, kini ia dan karyawannya harus memproduksi 50 peti per hari.
Seorang pengusaha mebel di Tuban, Jawa Timur bahkan sampai beralih profesi menjadi pembuat peti karena bisnisnya sepi di tengah pandemi.
"Saya diminta rumah sakit setempat untuk membuat peti," kata Pornomo.
Kelangkaan bahan baku
Pornomo mengatakan di tengah meledaknya jumlah permintaan, pencarian bahan baku menjadi tantangan.
"Kita tidak bisa memproduksi dalam jumlah banyak karena bahan baku peti juga kadang tidak ada," katanya.
Kelangkaan bahan seperti triplek, juga cukup mengkhawatirkan Ari.
Ia mengatakan tempatnya bekerja sempat tidak memenuhi target pembuatan peti karena bahan bakunya datang terlambat, atau tidak datang sama sekali.
Di tengah bertambahnya jumlah kematian akibat COVID-19 akibat varian Delta di Indonesia, pembuat peti dan petugas krematorium harus menambah pegawai dan bekerja hingga larut malam untuk memenuhi permintaan
- Dunia Hari Ini: Setidaknya Delapan Orang Tewas Setelah Serangan India ke Pakistan
- Industri Alas Kaki Indonesia Punya Potensi Besar, Kenapa Rawan PHK?
- Apa Arti Kemenangan Partai Buruh di Pemilu Australia Bagi Diaspora Indonesia?
- Dunia Hari Ini: Presiden Prabowo Ucapkan Selamat Atas Terpilihnya Lagi Anthony Albanese
- Partai Buruh Menang Pemilu Australia, Anthony Albanese Tetap Jadi PM
- Dunia Hari Ini: Israel Berlakukan Keadaan Darurat Akibat Kebakaran Hutan