Pembuktian Diri Mahasiswi Indonesia Kuliah di Belanda

Pembuktian Diri Mahasiswi Indonesia Kuliah di Belanda
Christina Kurniawan. Foto Angger Bondan/Jawa Pos/JPNN.com

jpnn.com - Tidak ada salahnya bermimpi setinggi-tingginya. Sayangnya, mimpi besar seseorang tidak jarang menjadi bahan caci maki. Namun, hal itu tidak menyurutkan semangat Christina Kurniawan. Dia tetap mewujudkan impiannya menjadi yang terbaik.

Laporan Nanda Putu Dermawanti, Surabaya

”YAKIN nih mau nambah kuliah? Di Surabaya aja belum tentu oke, apalagi di Belanda.” Kalimat itulah yang terlontar dari orang tua Christina Kurniawan saat dia mengungkapkan keinginan untuk mengambil double degree. Kata-kata itu terus menghantui pikirannya ketika semester pertama.

Perempuan yang akrab disapa Tina itu bercita-cita untuk menuntut ilmu di Indonesia sekaligus di Negeri Kincir Angin. Pada 2010, dia diterima menjadi mahasiswa Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (Unika WM) pada jurusan teknologi pangan fakultas teknologi pertanian. Tapi, ya itu, dia juga ingin nyambi belajar di Belanda.

Ungkapan keraguan juga muncul dari kolega Tina di kampus. ”Belum tentu kamu bagus di sana. Nanti malah malu-maluin negara,” ujar Tina menirukan kalimat beberapa teman yang pernah dilontarkan kepadanya.

Meski begitu, keputusan Tina memang sudah bulat. Dia tetap bertekad mengambil kuliah di negara lain. Pasalnya, sejak kecil, Tina terobsesi untuk menambah wawasan di luar negeri. Pada semester pertama, putri pertama pasangan Suhendy Kurniawan dan Novi Adiyanto itu berusaha membuktikannya dengan nilai-nilai yang sempurna. Rata-rata nilainya A.

Namun, pembuktian tersebut belum cukup. Tina masih mendengar kalimat yang membuatnya tidak nyaman. Orang tuanya berkata, tahun pertama pelajarannya masih tergolong mudah sehingga tidak heran jika Tina bisa mendapatkan nilai yang apik.

Tina tidak terpengaruh oleh kalimat tersebut. Hal itu justru membuat Tina semakin termotivasi hingga nilainya rata-rata selalu baik. Orang tua Tina yang pengusaha rumah makan menyadari ambisi anak sulungnya tersebut. Mereka, yang lulusan SMA, mendukung cita-cita Tina. Untuk menguliahkan Tina di dua negara, keluarganya tidak pernah berlibur.

Tidak ada salahnya bermimpi setinggi-tingginya. Sayangnya, mimpi besar seseorang tidak jarang menjadi bahan caci maki. Namun, hal itu tidak menyurutkan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News