Pemerintah Diminta Segera Lakukan Kajian Ilmiah Tentang Rokok Elektrik

Pemerintah Diminta Segera Lakukan Kajian Ilmiah Tentang Rokok Elektrik
Ilustrasi. Rokok elektrik/vape. Foto Drake

APVI, sambung Aryo, juga sudah mencoba ke beberapa instansi lain seperti LIPI dan sejumlah universitas agar mau melakukan kajian ilmiah tentang rokok elektrik. ”Agak sulit tapi kamu terus berjuang,” tekadnya.

Sementara itu, sejumlah Negara sudah mengumumkan hasil kajian tentang rokok elektrik. Salah satunya Inggris melalui penelitian panjang yang dilakukan Action on Smoking and Health (ASH). Dengan risiko yang lebih kecil, rokok elektrik mengurangi jumlah perokok aktif di Negara itu.

ASH sebagai badan amal kesehatan yang bekerja untuk menghilangkan bahaya disebabkan penggunaan tembakau dengan sumber dana dari Cancer Research UK dan British Heart Foundation itu mengungkapkan, sekitar 3,6 juta orang di Inggris merupakan pengguna rokok elektrik (vape) dengan status mantan perokok pada 2019. Temuan yang dirilis pada akhir September 2019 itu mencatat, berdasarkan data kantor pusat statistik nasional, terdapat sekitar 7,2 juta perokok di Inggris pada tahun 2018.

Sementara dari total pengguna vape, sebanyak 54,1 persen di antaranya adalah mantan perokok. Begitu juga di Selandia Baru (New Zealand). Studi baru para peneliti dari Lancet Respiratory Medicine mengumumkan bahwa rokok elektrik dapat membantu orang berhenti merokok lebih cepat. Dipublikasikan pada 10 September 2019.

Profesor dan peneliti utama Universitas Auckland, Dr Natalie Walker, mengatakan penelitian dimaksud sangat penting karena melibatkan 1.124 peserta. Sebesar 40 persen diidentifikasi sebagai M?ori (sebutan bagi penduduk asli New Zealand). (mg7/jpnn)

 

Ketua APVI Aryo Andrianto meminta pemerintah untuk melakukan kajian ilmiah terkait rokok elektrik.


Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News