Pemilu Aman, Rupiah Diproyeksi Menguat

Pemilu Aman, Rupiah Diproyeksi Menguat
Pemilu Aman, Rupiah Diproyeksi Menguat

jpnn.com - JAKARTA - Lancar dan amannya Pemilihan Umum (Pemilu) seolah menyampaikan pesan kepada dunia internasional terhadap stabilitas politik di Indonesia, salah satu negara demokrasi terbesar di dunia.

Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan, pelaku pasar memang akan terus mencermati jalannya pesta demokrasi di Indonesia. Sebab, stabilitas politik memang menjadi salah satu parameter utama bagi investor untuk menanamkan modalnya di sebuah negara. 'Kalau politik stabil, saya kira (rupiah) menguat,' ujarnya kemarin (9/4).

Menurut Chatib, tren apresiasi atau penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sudah dimulai sejak awal tahun ini. Faktor pemicunya adalah membaiknya indikator-indikator ekonomi seperti defisit transaksi berjalan (current account deficit) yang terbantu surplus neraca dagang, serta landainya inflasi. 'Ini membuat kepercayaan pasar pada Indonesia meningkat,' katanya.

Sebagaimana diketahui, sejak pertengahan tahun lalu, nilai tukar rupiah terus terdepresiasi dari posisi Rp 9.300 per USD hingga ke level Rp 12.500 per USD. Namun sejak awal tahun 2014, rupiah mulai menguat. Data Jakarta Interbank Spot Offered Dollar Rate (Jisdor) yang dirilis Bank Indonesia (BI) Selasa lalu (8/4) menunjukkan rupiah ada di posisi Rp 11.309 per USD, melemah dibanding posisi sehari sebelumnya yang di level Rp 11.282 per USD.

Ekonom Utama Bank Danamon Anton Gunawan mengatakan, kalkulasi berdasar fundamental ekonomi menunjukkan jika nilai tukar rupiah pada akhir tahun ini diproyeksi akan ada di kisaran 11.000 per USD, tepatnya 11.060 per USD. 'Sebab, ekulibrium value (nilai ekuilibrium) nya sebenarnya sedikit di bawah 11 ribu per USD,' ujarnya.

Menurut Anton, tahun ini rupiah memang diperkirakan ada dalam kondisi bullish (tren menguat). Selain karena perbaikan indikator ekonomi seperti defisit neraca berjalan atau current account deficit, penguatan rupiah juga disebabkan oleh depresiasi sepanjang 2013 lalu yang dinilai terlalu tajam karena kepanikan pasar. 'Sekarang, pasar sudah mulai normal, tidak terlihat ketakutan berlebihan,' katanya.

Anton menyebut, saat ini agak sulit bagi rupiah untuk kembali melemah ke kisaran 12.500 per USD, kecuali ada hal-hal yang mempengaruhi ekonomi secara signifikan, misalnya terjadi kekacauan politik dalam pelaksanaan Pemilu. Jika ada pressure atau tekanan dari sisi eksternal, kemungkinan rupiah masih bisa bertahan di kisaran 11.500 - 12.000 per USD. 'Tapi, kalau kondisi aman-aman saja, saya kira rupiah tidak akan jauh-jauh dari 11.000 (per USD),' ucapnya.

Menurut dia, posisi rupiah di level 11.000 per USD juga cukup nyaman bagi Indonesia untuk tetap kompetitif di pasar ekspor. Selain itu, nilai tersebut juga tidak terlalu memberatkan bagi impor. Karena itu, pemerintah dan BI harus mencermati tekanan-tekanan para rupiah, misalnya periode pembayaran dividen oleh perusahaan-perusahaan asing pada Mei - Juni ketika banyak perusahaan membutuhkan USD. 'Tapi, tekanan ini mungkin bisa terkurangi oleh euforia Pemilu karena ekspektasi investor pada calon pemimpin baru,' jelasnya. (owi)


JAKARTA - Lancar dan amannya Pemilihan Umum (Pemilu) seolah menyampaikan pesan kepada dunia internasional terhadap stabilitas politik di Indonesia,


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News