Pemilu yang Membosankan?

Pemilu yang Membosankan?
Pemilu yang Membosankan?

Pengamat politik seperti saya juga bertanya-tanya bagaimana Golkar akan menang di lumbung suaranya di Banten ketika gubernurnya, Ratu Atut Chosiyah dalam penahanan? Juga, saya begitu penasaran ketika melihat bagaimana gebyarnya iklan Gerindra di televisi, akankah langkah tersebut bisa mendulang suara? Lalu, apakah "perang iklan" di televisi bisa mengubah suara? Lebih lagi yang kontroversial adalah Prabowo Subianto kini menampakkan kemarahannya kepada PDI-P dan Jokowi.

Mengingat betapa pentingnya pemilu 2014 ini –yaitu transisi dari kekuasaan Susilo Bambang Yudhoyono dan Partai Demokrat – namun ada mood menurun dari keingin masyarakat untuk berpartisipasi dalam pemilu.

Beberapa waktu lalu, saya menanyakan masyarakat lapisan bawah untuk mengetahui mood mereka dan hasilnya tidak semuanya menurun. Meski beberapa provinsi tidaklah begitu apatis dibandingkan yang lain.

Saya memulai menelepon dengan responden dari dua provinsi terpadat yaitu Jawa Timur dan Jawa Barat (yang masing-masing berpopulasi 37 juta jiwa dan 43 juta jiwa). Tanggapan dari masyarakat Jawa Timur sungguh mengejutkan. Sebagai markas Nahdlatul Ulama, saya segera menyadari bahwa banyak, sebagian besar pemilih serius mempertimbangkan akan "golput", tetap tinggal di rumah pada hari pemilihan. Mereka juga tidak terpengaruh oleh pencalonan Jokowi menjadi presiden.

Nugroho (57), seorang pekerja di Sidoarjo mengatakan: "Saya akan golput, karena sungguh memalukan bagaimana caleg menjanjikan banyak hal kepada calon pemilih bahkan sebelum kampanye dimulai."

Arief, seorang pengumpul sampah (31) mengatakan kepada saya: "Pemilu legislatif hanya buang-buang waktu saja, karena tidak ada perubahan. Tapi kalau pemilihan presiden masih ada harapan."

Pemilih dari Jawa Timur tampaknya terjebak di antara kekecewaan dan apatisme. Namun sentimen pemilih di Jawa Barat adalah kebalikannya. Masyarakat Sunda menunjukkan semangat yang lebih besar untuk berdemokrasi dan cukup banyak yang pro-Jokowi.

Di Tasikmalaya, Ani Sopia (31) seorang guru bahasa Inggris mengatakan: "Saya antusias untuk pemilu, tapi saya belum memutuskan akan memilih siapa. Kalau Jokowi maju sebagai presiden saya pasti akan pilih dia."

KETIKA negara demokrasi terbesar ketiga di dunia ini sedang melangsungkan pemilihan umum, mestinya masyarakatnya turut menyambut gembira bukan? Tapi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News