Pemilu yang Membosankan?

Pemilu yang Membosankan?
Pemilu yang Membosankan?

Pemilu yang Membosankan?KETIKA negara demokrasi terbesar ketiga di dunia ini sedang melangsungkan pemilihan umum, mestinya masyarakatnya turut menyambut gembira bukan?

Tapi ternyata tidak demikian​.

Saya tahu, kita semua seharusnya bersuka cita dengan datangnya "Pesta Demokrasi" dan segala atributnya. Namun kali ini saya dikejutkan oleh betapa lesunya antusiasme masyarakat dalam menyambut musim kampanye pemilu tahun ini.

Ancaman terbesar bagi Indonesia bukan masalah persatuan dan kesatuan melainkan kekecewaaan yang tumbuh terhadap demokrasi, dan negeri ini seperti "tertidur" sejenak.

Tidak perlu disangsikan lagi semua orang sudah tahu politisi seperti Ruhut Sitompul, Sutan Batoegana dan Bambang Soesatyo merupakan politisi vokal yang memengaruhi pandangan masyarakat terhadap demokrasi. Jika DPR ini sebuah sinetron, pasti serial tayangannya sudah dihentikan sejak beberapa tahun yang lalu.

Jadi, inilah saatnya politisi turun ke bawah. Ketika Demokrat melakukan kampanye perdana di Jawa Timur, dan PDI-P yang memulai kampanyenya di Jakarta, pemilih tampaknya telah memutuskan untuk "mengganti channel" mereka.

Sebenarnya, calon legislatif (caleg) di seluruh dunia memang memiliki waktu yang sulit. Tidak ada yang suka jika tim sukses caleg menggedor-gedor pintu anda setiap jam untuk meminta suara bukan?

Namun, ada selingan dramatis di tengah-tengah suasana itu yaitu pengangkatan Gubernur DKI Joko Widodo sebagai calon presiden dari PDI-P. Namun sesudah itu, bisakah kita dapatkan kejutan lain lagi dari gempita pesta demokrasi ini?

KETIKA negara demokrasi terbesar ketiga di dunia ini sedang melangsungkan pemilihan umum, mestinya masyarakatnya turut menyambut gembira bukan? Tapi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News