Pemintaan Maaf Presiden Jokowi Dinilai Tak Cukup Akhiri Persoalan di Papua

Ketidakpercayaan yang muncul di antara kedua belah pihak berawal dari pemahaman yang sangat minim di antara keduanya.
Doktor lulusan Australia ini lantas beranggapan permintaan maaf dan ajakan untuk memaafkan demi meredam kerusuhan tidak cukup menyelesaikan persoalan yang selama ini terjadi di Papua.
"Saya melihatnya ada pemahaman yang sangat berbeda dari apa yang kita pikir dengan apa yang orang Papua pikir."
"Nah itu harus dibicarakan, kalau tidak ya nanti akan terus berulang seperti ini."
Ia berpendapat, langkah dialog yang akan dilakukan para pejabat untuk meredam kerusuhan hanyalah bersifat temporer.
"Harus ada dialog lebih panjang untuk bicara esensi apa yang sebetulnya sangat mendasar, yang sebetulnya orang non-Papua tidak paham, dan orang Papua pun juga tidak paham cara berpikir kita."
"Itu yang menurut saya jauh lebih penting daripada sekedar menyelesaikan kerusuhannya."
Adriana berharap, Pemerintah Indonesia mengaktifkan dialog jangka panjang agar persoalan di Papua terselesaikan dan perdamaian di sana benar-benar terwujud.
- Apa Arti Kemenangan Partai Buruh di Pemilu Australia Bagi Diaspora Indonesia?
- Dunia Hari Ini: Presiden Prabowo Ucapkan Selamat Atas Terpilihnya Lagi Anthony Albanese
- Mungkinkah Paus Baru Datang dari Negara Non-Katolik?
- Partai Buruh Menang Pemilu Australia, Anthony Albanese Tetap Jadi PM
- Dunia Hari Ini: Israel Berlakukan Keadaan Darurat Akibat Kebakaran Hutan
- Dunia Hari Ini: Amerika Serikat Sepakat untuk Membangun Kembali Ukraina