Pemkot Tolak Usul Anggota Dewan soal Pembangunan Rusun 20 Lantai

Pemkot Tolak Usul Anggota Dewan soal Pembangunan Rusun 20 Lantai
Rusun di Surabaya. Foto: ngopibareng

jpnn.com, SURABAYA - Model rumah susun (rusun) lima lantai di Kota Surabaya, dinilai sudah tidak relevan sebagai hunian warga. Hal itu disebabkan sudah penuhnya daftar antrean calon penghuni rusun yang saat ini mencapai 9.000 orang lebih.

Anggota Komisi C DPRD Kota Surabaya, Josiah Michael mengatakan, Pemkot Surabaya harus memikirkan model rusun baru dengan kapasitas penghuni lebih banyak. Apalagi pada 2021, di APBD telah dianggarkan pembangunan tiga rusun baru di Kota Pahlawan.

"Saya menyarankan pemkot mengubah model rusun yang akan dibangun. Dengan terbatasnya jumlah lahan di Surabaya, mustahil antrean itu bisa terselesaikan dalam hitungan tahun. Karena satu rusun hanya bisa menampung sekitar 100 unit saja. Berbeda apabila dibangun hingga 20 lantai, yang bisa menampung hingga 500-600-an unit,” kata Josiah.

Namun, kata Josiah Pemkot Surabaya tak setuju dengan masukan itu. Penyebabnya, jika lebih dari lima lantai biaya perawatannya dianggap mahal. 

"Karena apabila lebih dari lima lantai, harus dipasang lift yang membuat biaya perawatan menjadi tinggi," kata Josiah menirukan alasan yang diajukan pihak Pemkot Surabaya.

Bagi Josiah, alasan itu tak masuk akal. Sebab biaya perawatan rusun itu bisa disiasati apabila rusun tersebut berlokasi di daerah strategis Kota Surabaya.

Menurutnya, subsidi silang bisa diterapkan oleh Pemkot Surabaya. Merujuk rusun-rusun di luar negeri yang juga dimanfaatkan sebagai sentra ekonomi dan sarana iklan.

“Kan bisa dipasang videotron untuk iklan. Pemasukan dari videotron bisa untuk subsidi biaya perawatan rusun. Selain itu di bagian bawah rusun bisa dibangun sentra ekonomi dan biaya sewa bisa untuk subsidi biaya sewa unit," katanya.

APBD Pemkot telah dianggarkan pembangunan tiga rusun baru di Kota Pahlawan tetapi DPRD mengusulkan 20 lantai.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News