Penantian D-dimer

Oleh Dahlan Iskan

Penantian D-dimer
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Keadaannyi baik. Tidak ada keluhan, tetapi dia ingin lebih sehat. Setelah suami dan dua anaknyi terkena Covid.

Tanggal 22 Desember itu, ketika Santoso dinyatakan sembuh dari Covid, Swanniwati opname di Mranggen. Lalu sang suami dipindah ke lantai atas –untuk pasien yang non-Covid.

Ia ingin dokter menyembuhkan sisa infeksi di paru-parunya –akibat Covid.

Keesokan harinya, Santoso justru sulit bernapas. Tiba-tiba saja. Sampai harus dimasukkan ke ICU non-Covid. Dipasangi ventilator.

Setelah diperiksa, D-dimer Santoso ternyata di level 6.000. Santoso tidak pernah lagi keluar dari ICU. Sampai ia meninggal dunia tanggal 1 Januari, tepat di tahun baru 2021.

Ia berstatus bukan meninggal karena Covid. Juga bukan karena paru-paru, tetapi karena jantung.

Jantungnya berhenti. Ada sumbatan D-dimer di dalam jantung itu.

Saya tidak bisa mendapat angka ini: berapa D-dimer Santoso saat dinyatakan sembuh dari Covid itu. Istrinya belum siap dengan angka itu, masih di tangan anaknyi.

Swanniwati ingin agar tidak ada orang lain senasib dengan suaminyi. Yakni meninggal justru setelah dinyatakan sembuh dari Covid-19.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News