Penantian D-dimer

Oleh Dahlan Iskan

Penantian D-dimer
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Kekuatan obat Xarelto itu sama dengan yang saya terima waktu opname. Hanya saja, saat itu, obatnya disuntikkan di kulit perut. Sehari dua kali suntik. Sedang yang ini bentuknya pil.

Obat Xarelto saya itu habis tadi malam. Hasil pengecekan darah pagi ini sangat menentukan.

Kalau hasilnya turun tapi belum sampai level 500 saya harus segera membeli lagi. Obat yang sama.

Kalau hasilnya sudah baik –sudah di level 500 ke bawah– saya boleh menghentikannya.

Bagaimana kalau hasilnya memburuk?

Saya bertekad akan masuk rumah sakit lagi. Saya harus mencari jalan agar D-dimer saya itu normal kembali.

Kalau pun D-dimer saya sudah normal, saya harus kembali ke obat lama: Plavix. Itulah obat pengencer darah –bukan obat pengencer 'cendol darah'.

Semua orang yang di jantungnya sudah dipasangi ring harus meminum obat pengencer darah. Seumur hidup. Agar tidak terbentuk cendol di darahnya.

Swanniwati ingin agar tidak ada orang lain senasib dengan suaminyi. Yakni meninggal justru setelah dinyatakan sembuh dari Covid-19.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News