Pendekar Muktamar

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Pendekar Muktamar
Saifullah Yusuf. Foto: M Fathra/JPNN.com

Pendekar lebih punya konotasi positif sebagai pembela orang lemah, sedangkan jagoan berkonotasi negatif sebagai tukang berantem yang suka binin onar.

Gus Ipul dan Gus Nusron layak mendapat gelar pendekar muktamar. Setidaknya gelar itu sudah disematkan langsung oleh ketua umum terpilih. Sah sudah Gus Ipul dan seGus Nusron menyandang gelar itu.

Menurut Gus Yahya, salah satu bukti kesaktian pendekar adalah meski sesakit apa pun ketika waktunya muktamar mereka pasti sembuh.

Gus Ipul adalah salah satu ketua PBNU di bawah Kiai Said. Gus Ipul dikenal sebagai pendukung utama Kiai Said dalam dua kali muktamar, yaitu muktamar di Makassar 2010 dan muktamar di Jombang 2015. Pada dua muktamar itu Kiai Said menang.

Gus Nusron sekarang menjabat wakil syuriah NU DKI Jakarta. Dia juga pengurus di DPP Golkar, dan pernah menjadi ketua GP Ansor hasil kongres Surabaya 2011. Meskipun nama belakangnya adalah Wahid, tetapi dia tidak punya hubungan nasab dengan Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.

Beda dengan Gus Ipul yang merupakan keponakan langsung Gus Dur.

Nusron banyak mendapat sorotan media terutama ketika pada pilgub DKI 2016 dia mendukung Ahok. Ketika Ahok diserang hebat karena dianggap melecehkan Al-Qur'an, Nusron dengan gagah berani pasang badan membela Ahok.

Ketika itu lawan-lawan politiknya melempar isu bahwa nama asli Nusron ada adalah Nusron Purnomo bukan Nusron Wahid. Nama Wahid ditempelkan untuk menumpang beken supaya dianggap punya hubungan dengan Gus Dur.

Gus Yahya secara khusus kemudian berterima kasih kepada para pendekar muktamar, terutama kepada dua sosok ini.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News