Pendekatan Budaya Kunci Keharmonisan Masyarakat di Papua

Pendekatan Budaya Kunci Keharmonisan Masyarakat di Papua
Warga di Papua tampak antusias memeriahkan HUT ke-76 RI. Foto: dok Lembaga Masyarakat Adat/LMA Pegunungan Bintang

Komunitas Muslim dan Kristen berbaur dengan baik, dan adanya kesadaran untuk menciptakan dialog antar agama. Pernikahan antar agama juga memperkuat ikatan antara agama yang berbeda.

“Pendidikan agama memiliki peran krusial dalam menyediakan jembatan antara identitas seorang muslim dengan seorang warga negara Afrika Selatan. Prinsip-prinsip fiqih kewarganegaraan termasuk keadilan, partisipasi, penghargaan, tanggung jawab dan akuntabilitas, sangat penting untuk menjaga keharmonisan. Guru memiliki peran dalam membentuk warga negara yang produktif dan bertanggung jawab. Identitas guru yang beragam merupakan akan memperluas perspektif siswa. Semakin beragam identitas guru semakin meningkatkan keharmonisan. Pendidikan agama sangat penting meningkatkan harmonisasi kebergaman,” jelas Professor of Philosophy of Education in the Department of Picy Studies at Stellenbosch University, South Africa tersebut.

Begitupun di Papua. Menurut Ketua PWNU Papua Dr. H Toni Wanggai, Islam telah ada di Papua sejak abad 15 melalui interkasi dengan Kerajaan Tidore. Kemudian pada abad 16 terbentuk kerajaan-kerajaan Islam yang terletak di Raja Ampat.

Hubungan Islam dan Kristen di Papua sangat harmonis yang berlangsung sejak 200 tahun yang lalu, dimana Sultan Tidore mengantar misionaris Kristen dari Jerman Otto dan Greisler di Papua pada 1855. Pendekatan budaya yang dilakukan oleh misionaris melalui pendekatan budaya, diantaranya menerjemahkan Alkitab kedalam Bahasa daerah, mengakibatkan Krsiten lebih cepat berkembang.

“Harmoni di pemerintahan Papua juga tergambar dalam istilah 1 tungku 3 batu, dimana 3 batu tersebut merupakan perwakilan islam, Kristen dan katolik. Pembagian kekuasaan dilakukan dengan dasar tersebut dengan Gubernur Kristen, Wakil Muslim, Sekda Katolik atau sebaliknya,” tegas anggota MRP (Majelis Rakyat Papua) tersebut.

Pendekatan kultural tersebut terus diwariskan melalui berbagai jalur khususnya pendidikan. Menurut Antropolog Ikhsan Tanggok, Toleransi dan harmoni antar agama di Papua terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan institusi Pendidikan seperti sekolah dan universitas. Ada tiga institusi Pendidikan Islam yang memiliki peran penting dalam menciptakan harmoni dan toleransi di Papua, yaitu Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, dan Yapis.

“Papua memiliki tradisi yang kental dengan toleransi, salah satunya adalah Bakar Batu. Tradisi bakar batu memiliki arti yang dalam, yaitu sebagai ungkapan terima kasih kepada Tuhan dan symbol dari solidaritas yang kuat. Bakar batu juga dapat digunakan sebagai media damai antara kelompok yang berperang. Rakyat Fakfak Papua Barat memiliki filosofi yang diperkenalkan oleh leluhur mereka yaitu satu tungku tiga batu. Tungku adalah symbol kehidupan, sementara tiga batu adalah symbol ‘kamu’, ‘saya’, dan ‘dia’ yang berbeda agama, etnis, status sosial dalam satu wadah persaudaraan. Simbol harmoni yang lain yaitu Masjid Patimburak, di Desa Patimburak, Fakfak, Papua Barat. Masjid Patimburak dibangun oleh Raja Pertuanan Wertuar pada 1870. Arsitektur masjid ini sangat unik karena merupakan kombinasi dari masjid dan gereja. Masjid ini dibangun oleh tiga kelompok agama, yaitu Islam, Katolik dan Protestan,” jelas guru besar UIN Jakarta tersebut.

“Dari paparan para narasumber, kita tambah yakin bahwa masyarakat Papua Indonesia dan Cape Town Afrika Selatan hidup penuh kedamaian dan toleransi serta memiliki pola pendidikan dan tradisi dalam menyelesaikan konflik dengan kearifan lokal. Gagasan toleransi beragama bukanlah hal yang sulit, karena ajaran dari masing masing agama mengajarkan tentang saling mengakui dan menghormati pihak lain, Perbedaan dalam sisi bahasa, budaya agama bahkan etnis dapat diterima,” simpul peneliti Indonesia Moslem Crisis Center, Maria Ulfa, MA

Harmoni di pemerintahan Papua juga tergambar dalam istilah 1 tungku 3 batu, dimana 3 batu tersebut merupakan perwakilan islam, Kristen dan katolik

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News