Penderitaan Anak-Anak Kurdi Dibombardir Pasukan Erdogan

Penderitaan Anak-Anak Kurdi Dibombardir Pasukan Erdogan
Seorang anak Kurdi di Afrin, Syria, terluka parah akibat bombardir pasukan Turki. Foto: CNN

jpnn.com, AFRIN - Mohammed Khaled hanya manut saat digandeng orang tuanya meninggalkan rumah mereka di kawasan Ashrafia, Distrik Afrin, Democratic Federation of Northern Syria (DFNS) alias Wilayah Otonomi Rojava.

Ngambek atau menangis tidak ada gunanya. Suaranya tidak akan mampu bersaing dengan riuhnya tembakan roket dan desing peluru yang mewarnai Afrin sejak 20 Januari lalu.

Dalam diam, bocah 10 tahun itu terus melangkah. Kadang berlari. Dia baru berhenti di sebuah gubuk di pinggir ladang luas. Ada bangunan tua yang dulunya pabrik di sana.

’’Sudah lima hari berturut-turut kampung kami diserang dari udara. Pesawat-pesawat tersebut menjatuhkan bom dan roket. Kami tidak tahu harus lari ke mana,’’ kata Khaled dalam bahasa Kurdi.

Kepada CNN, ayah Khaled menyatakan bahwa selama lima hari terakhir dirinya terpaksa mengurung anak-anaknya di dalam rumah. Tapi, setelah rumah-rumah di kanan dan kirinya rata dengan tanah karena serangan udara militer Turki, nyalinya ciut.

Dia lantas mengajak seluruh keluarganya mengungsi. Ladang di belakang bangunan bekas pabrik itu menjadi satu-satunya lokasi aman yang terjangkau. Maka, ke sanalah mereka pergi.

Khaled lebih beruntung daripada bocah-bocah Afrin yang lain. Yasmin, misalnya. Bersama ibu dan saudara-saudaranya, dia terpaksa berlindung di gua. Ada banyak keluarga lain yang juga bersembunyi di sana.

’’Gelap sekali di dalam sini. Tapi, kami tidak berani keluar dari sini. Bising sekali di luar sana,’’ ujar Yasmin. ’’Mereka menyerang kami dari udara. Kami hanya anak-anak. Salah kami apa?’’ lanjutnya.

Invasi Turki ke wilayah Afrin membuat bocah-bocah Kurdi di wilayah itu sangat menderita. Mereka kehilangan rumah, teman bahkan orang tua karena perang

Sumber Jawa Pos

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News