Pendiri NII Crisis Center Bandingkan FPI dan Taliban, Begini

Ken kemudian menyebut hasil politisiasi agama FPI yang berhasil beberapa waktu lalu pada sebuah pemilihan kepala daerah.
Dia merasa malu karena politisasi agama ketika itu menggunakan cara cara yang kotor.
Sampai tempat ibadah dan jenazah pendukung paslon berbeda tidak boleh disalatkan di masjid tertentu.
Ken mengapresiasi langkah pemerintah yang akhirnya membubarkan organisasi FPI dan HTI di Indonesia.
Meski setelah dibubarkan mereka mencoba muncul kembali dengan organisasi baru, paling tidak sudah ada keseriusan dalam menindak ormas radikal yang meresahkan.
"Mereka itu ibarat ganti baju, tetapi tidak mandi, jadi bau dan keberadaannya masih ada dan terasa. Aktor intelektual di belakang layar dengan istilah 3C. Siapa mereka, cari jawaban sendiri," ucapnya.
Ken menilai pemerintah dalam hal ini juga perlu membuat regulasi yang melarang dan menindak organisasi atau kelompok pengusung khilafah di Indonesia.
"Khilafah itu kan sama saja dengan membuat pemerintahan dan pemimpin baru di dalam sebuah negara, itu sama saja makar," katanya.
Pendiri NII Crisis Center membandingkan FPI di Indonesia dengan Taliban di Afghanistan, sebut bisa lebih sadis.
- Tersinggung Konten Siaran, Taliban Berangus Radio Khusus Perempuan Afghanistan
- Organisasi Terlarang HTI Muncul Lagi, Ansor-Banser Desak Pemerintah Bertindak Tegas
- WSN Surati Presiden Prabowo terkait Perpres Penertiban Kawasan Hutan
- Lihatlah Aksi Warga Banten Tolak PSN PIK 2, Kiai Ikut Turun ke Jalan
- Lihat Itu Massa Reuni Akbar PA 212 yang Beraksi Hari Ini, Mars FPI Menggema di Monas
- Beredar Pakta Integritas RK-Suswono dengan FPI, Isinya Penuh Isu Sara