Pendiri NII Crisis Center Bandingkan FPI dan Taliban, Begini
Ken kemudian menyebut hasil politisiasi agama FPI yang berhasil beberapa waktu lalu pada sebuah pemilihan kepala daerah.
Dia merasa malu karena politisasi agama ketika itu menggunakan cara cara yang kotor.
Sampai tempat ibadah dan jenazah pendukung paslon berbeda tidak boleh disalatkan di masjid tertentu.
Ken mengapresiasi langkah pemerintah yang akhirnya membubarkan organisasi FPI dan HTI di Indonesia.
Meski setelah dibubarkan mereka mencoba muncul kembali dengan organisasi baru, paling tidak sudah ada keseriusan dalam menindak ormas radikal yang meresahkan.
"Mereka itu ibarat ganti baju, tetapi tidak mandi, jadi bau dan keberadaannya masih ada dan terasa. Aktor intelektual di belakang layar dengan istilah 3C. Siapa mereka, cari jawaban sendiri," ucapnya.
Ken menilai pemerintah dalam hal ini juga perlu membuat regulasi yang melarang dan menindak organisasi atau kelompok pengusung khilafah di Indonesia.
"Khilafah itu kan sama saja dengan membuat pemerintahan dan pemimpin baru di dalam sebuah negara, itu sama saja makar," katanya.
Pendiri NII Crisis Center membandingkan FPI di Indonesia dengan Taliban di Afghanistan, sebut bisa lebih sadis.
- 5 Tuntutan 3 Ormas Islam, Nomor 2 Meminta 8 Hakim MK Tobat
- Pemerintah Perlu Bentuk Regulasi yang Membatasi Penyebaran Ideologi HTI
- HTI Ternyata Belum Tumbang, Ini Pengakuan Mantan Anggotanya
- Pengelola TMII Buka Suara Soal Dugaan HTI Bikin Acara di Teater Tanah Airku
- Pemerintah Perlu Waspada Kamuflase ala HTI saat Transisi Kepemimpinan 2024
- Kaca Spion