Peneliti di Prancis Anggap Gibran Keliru soal Greenflation & Rompi Kuning, Ini Ulasannya

Peneliti di Prancis Anggap Gibran Keliru soal Greenflation & Rompi Kuning, Ini Ulasannya
Peneliti Institut Pasteur Paris, Angga Perima, berpose di depan Menara Eiffel. Foto: dokumentasi pribadi untuk JPNN.com

“Hal ini pada akhirnya meningkatkan inflasi atau greenflation,” tuturnya.

Selanjutnya, Angga menjelaskan soal demo rompi kuning di Prancis yang dikenal dengan sebutan gilets jaunes.

Peraih gelar Ph.D. bidang fisika dan analitis kimia dari Université Pierre et Marie Curie, Paris, itu menuturkan demo rompi kuning adalah protes spontan oleh sebagian masyarakat Prancis yang tidak puas dengan kondisi hidup dan kebijakan pemerintah di bidang pajak.

Demonstrasi yang dimulai pada 17 November 2018 itu digelar secara serentak di 3.000 titik berbeda di seluruh Prancis.

“Awalnya demonstrasi ini bermula dari naiknya harga bahan bakar minyak karena dinaikkannya pajak bakar yang disebabkan oleh pajak karbon untuk transisi hijau demi kepentingan lingkungan,” imbuh Angga.

Merujuk survei Sciences Po Grenoble atau The Grenoble Institute of Political Studie, Angga menyebut pedemo rompi kuning didominasi oleh kelompok berpendapatan sedang. Namun, aksi rompi kuning berlangsung selama berbulan-bulan.

Salah satu tuntutan Gerakan Rompi Kuning ialah mendesak Presiden Prancis Emmanuel Macron mundur dari jabatannya.

“Bagi mereka, Macron cenderung berpihak kepada orang-orang kaya dan bertindak arogan,” ujar Angga.

Peraih gelar Ph.D. dari Université Pierre et Marie Curie, Paris, Angga Perima, mengulas pernyataan Gibran soal greenflation yang dikaitkan demo rompi kuning.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News