Penelitian Menemukan Orang yang Aktif Mengecek Fakta Masih Menyebarkan Berita Bohong
"Kami tahu bahwa sebagian besar pembaca berita di Australia mendapatkan berita dari media sosial dibanding media lama," katanya.
"Ini adalah sebuah tren yang memicu banjirnya disinformasi seputar pandemi COVID-19 yang mengancam kesehatan dan keselamatan publik," katanya. .
Mengajarkan pengguna media sosial keterampilan agar jauh lebih cerdas dalam memilih informasi apa yang harus dibagikan, serta mengajarkan keterampilan dasar untuk memilah fakta dari fiksi adalah "tantangan yang akan terus ada", menurut Skelton.
"Kita juga perlu tahu lebih banyak tentang mengapa orang membagikan informasi yang salah dan dampaknya. Survei ini adalah langkah pertama."
Skelton mengatakan RMIT University meluncurkan FactLab untuk menghapuskan disinformasi online dan mengajarkan bagaimana berpikir kritis dengan memberikan asal-usul dan penyebarannya disinformasi tersebut.
Diproduksi oleh Natasya Salim dari artikel dalam bahasa Inggris
Menurut sebuah penelitian terbaru, lebih dari 30 persen orang yang aktif memeriksa kebenaran informasi masih ikut menyebarkan informasi tidak benar
Redaktur & Reporter : Adil
- Dunia Hari Ini: Indonesia Kalah Melawan Irak Dalam Piala Asia U-23
- Orang Utan Sumatra, Hewan Liar yang Bisa Mengobati Dirinya Sendiri dengan Tanaman Obat
- Dunia Hari Ini: Jalan Raya di Guangdong Runtuh, 24 Orang Tewas
- Banyak Pekerja Start-Up yang Belum Tahu Haknya Sebagai Buruh
- Dunia Hari Ini: Ratusan Ribu Buruh Indonesia Turun ke Jalan Rayakan May Day
- Dunia Hari Ini: Aktivitas Gunung Ruang Kembali Meningkat