Penembak Polisi di Tol Cipali Diduga Teroris

Penembak Polisi di Tol Cipali Diduga Teroris
Sebuah mural yang menentang aksi terorisme terlukis di pinggir Jalan Raya Ngagel, Surabaya, Rabu (16/5). Foto: Hanung Hambara/Jawa Pos

jpnn.com, JAKARTA - Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane menilai kasus penembakan terhadap dua polisi di tol Cipali, Cirebon, Jawa Barat, adalah modus kejahatan baru yang sangat sadis.

Dia menegaskan bahwa Polri perlu mengantisipasi modus kejahatan ini agar tidak berulang dan membuat anggota kepolisian menjadi "mati konyol" saat bertugas.

Meskipun kedua polisi tersebut hanya luka berat, IPW berharap Polri segera menata sistem perlindungan terhadap anggotanya saat bertugas di lapangan.

Menurutnya, dengan melihat kasus penembakan di Tol Cipali ini, sudah saatnya Polri melengkapi mobil patrolinya dengan alat deteksi senjata jarak jauh atau dalam radius tertentu.

Dengan begitu saat menemukan pihak yang mencurigakan, sebelum melakukan pemeriksaan atau penggeledahan, petugas patroli sudah mengetahui, apakah orang yang dicurigai itu memiliki senjata atau tidak.

"Dengan demikian petugas kepolisian bisa lebih prepare dalam menghadapi situasi dan tidak "mati konyol" dalam menghadapi penjahat-penjahat yang nekat," kata Neta, Sabtu (25/8).

IPW mendata ada tiga kelompok yang sering membunuh polisi di lapangan. Yakin, penjahat jalanan, bandar narkoba, dan teroris.

Penjahat jalanan dan bandar narkoba, biasanya membunuh polisi karena dalam kondisi terjepit. Mereka menembak polisi saat digerebek atau saat hendak ditangkap.

Kasus penembakan di Tol Cipali ini sebuah sinyal peringatan akan adanya serangan berikutnya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News