Pengajian Potehi

Oleh: Dahlan Iskan

Pengajian Potehi
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Bahkan, Toni bukan sekadar dalang. Ia bikin museum potehi –satu-satunya di Indonesia. Museum itu ia bangun di sebelah kelenteng Gudo. Ia beli tanah di situ. Ia amankan museum itu dengan dua lapis pintu besi.

Ia pun membeli lemari besi –yang di zaman dulu dipakai menyimpan uang, emas, dan sertifikat tanah itu– untuk menyimpan wayang kunonya. Juga untuk buku kuno tentang potehi. Buku tebal tersebut unik: ditulis dalam huruf Jawa. Lengkap dengan gambar tokoh-tokoh utama wayang potehi.

”Silakan pakai ruang saya ini,” ujar Toni.

”Saya akan banyak bicara tentang Islam di pengajian ini,” kata saya setengah minta kerelaannya.

”Tentu. Kan, pengajian...,” katanya sambil tersenyum.

Saya pun memberi tahu pengurus MPP: bahwa lokasi saya memberikan pengajian itu di sebuah Kelenteng Gudo.

”Kebetulan, cocok dengan tema pengajian,” ujar Dini Kusmana, ketua MPP yang jadi moderator.

Dini itu cantik sekali –lima ”i”. Jilbabnyi rapat sempurna. Dia asli Ciamis. Ayahnyi seorang dokter ahli. Punya pesantren: di Saguling, Ciamis. Pesantren MD Fathahillah. Seorang ustaz dimintanya mengurus pesantren itu.

Kalau pengajian itu membahas fikih, hadis, tafsir, atau tauhid, saya pasti menolak: belum kelas saya jadi ustaz.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News