Pengajian Potehi

Oleh: Dahlan Iskan

Pengajian Potehi
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Yang unik: Toni adalah juga dalang wayang potehi. ”Sebenarnya ayah melarang saya jadi dalang,” katanya.

Baca Juga:

Mengapa?

”Nasib dalang potehi itu seperti wayang potehi,” kata Toni. Nama Tionghoa-nya: Tok Hok Lay.

Tokoh wayang potehi itu, katanya, terlihat gagah kalau lagi dimainkan di atas panggung. Apalagi kalau tokoh itu raja. Atau panglima perang. Namun, begitu turun panggung, langsung menjadi seperti pakaian lusuh.

Wayang potehi memang terbuat dari kain. Hanya kepala dan leher yang dari benda keras. Juga, sepatu dan sedikit kaki bagian bawah. Selebihnya hanya kain: yang motifnya sesuai dengan perannya.

Bahwa di panggung wayang kain itu bisa terlihat gagah karena ada tangan dalang di dalamnya. Jari telunjuk dimasukkan ke bagian leher. Tiga jari selebihnya di bagian tangan kanan. Jempol dimasukkan bagian tangan kiri wayang.

Toni setuju dengan pendapat bapaknya itu. Sang bapak sudah membuktikan: ia sendiri juga dalang potehi. Bahkan, bapaknya bapak juga dalang potehi.

Namun, Toni tetap jadi dalang potehi –generasi ketiga. Di seluruh Jatim tinggal ada empat saja dalang potehi.

Kalau pengajian itu membahas fikih, hadis, tafsir, atau tauhid, saya pasti menolak: belum kelas saya jadi ustaz.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News