Kisah Bu Sulastri, dari Penjaja Opak Keliling Kampung Kini Sukses Kembangkan Usaha Jahit

Kisah Bu Sulastri, dari Penjaja Opak Keliling Kampung Kini Sukses Kembangkan Usaha Jahit
Penerima Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Program Keluarga Harapan (PKH) Sulastri di Kota Tangerang Selatan sukses berbisnis jahitan. Foto: Humas Kemensos

jpnn.com, TANGERANG SELATAN - Matahari telah tenggelam di ufuk barat, menyisakan rona jingga. Namun kesibukan masih berlangsung di rumah mungil berukuran 3x5 meter, di Kampung Ciater, salah satu sudut Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten.

Suara putaran dinamo dari mesin jahit listrik terdengar meraung kencang di pinggir jalan. Di ruang tamu seluas empat meter, di antara tumpukan goni berisi kain tak beraturan, duduk perempuan dengan kerudung merah dan setelan gamis hitam.

Sulastri, nama perempuan itu, tampak sibuk merangkai potongan kain yang telah terpola, lalu menjahitnya menjadi pakaian jadi.

Perempuan 29 tahun itu mantap menekuni profesi sebagai penjahit. Berbekal kelincahan tangannya merangkai kain perca menjadi pakaian jadi, kini deras mengalir rupiah.

Ibu dua anak ini merupakan salah satu dari 314 Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Program Keluarga Harapan (PKH) di Kota Tangerang Selatan. Sudah lima tahun dia memulai usaha sebagai penjahit pakaian dari kain perca.

Kepada tim Biro Humas Kemensos yang menyambanginya, Jumat petang (26/03), Sulastri pun mengisahkan perjuangannya menapaki usaha.

“Awalnya saya dagang opak keliling sebagai reseller bareng suami dengan sistem bagi hasil,” kata Sulastri.

Keliling kampung menjajakan opak berjalan sekitar tiga tahun. Sekitar 2013, Sulastri didatangi pengurus RT untuk menerima PKH.

Satu Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Program Keluarga Harapan (PKH) di Kota Tangerang Selatan sukses berbisnis jahitan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News