Pengakuan Suliono, Penyerang Jemaat Gereja St Lidwina

Pengakuan Suliono, Penyerang Jemaat Gereja St Lidwina
Jemaat Gereja St Lidwina Bedog, Kabupaten Sleman, Jogjakarta, sudah diperbolehkan masuk ke dalam gereja tersebut. Foto: Guntur Aga Tirtana/Radar Jogja

Kejadian penyerangan gereja yang dilakukan Suliono ini sebenarnya bisa dicegah bila sistem keamanan masyarakat berjalan.

Suliono diketahui menginap selama tiga hari di sebuah musola di dekat lokasi penyerangan. ”Saat menginap di musala ini sempat komunikasi dengan penjaga mushola dan sejumlah orang,” tuturnya.

Sayangnya, kepala rukun tetangga dan kepala rukun warga tidak mengetahui adanya orang yang menginap di musala. ”Kalau saja ada kepedulian untuk melaporkan, tentu akan berbeda,” terangnya.

Menurutnya, bila ada orang asing yang berada di lingkungan kampung, saat ada yang melapor ke kepolisian setempat tentu akan ditangani.

”Polisi kan bisa untuk melakukan upaya pemeriksaan dan sebagainya. Sehingga, bisa dicegah sebelum terjadi aksi,” tuturnya.

Sementara kejadian penyerangan oleh orang gila di Masjid kembali terjadi. Masjid Baiturrahim di Tuban Jawa Timur diserang oleh seseorang yang diduga tidak waras. Hampir semua kaca masjid pecah karena dipukuli.

Sebelumnya, dua ustad di Jawa Barat dianiaya oleh pelaku yang keduanya dipastikan oleh polisi sebagai orang yang mengalami gangguan mental.

Terkait penyerangan masjid di Tuban, Setyo menjelaskan bahwa pihaknya masih melakukan pengecekan terkait penyerangan masjid.

Suliono, pelaku penyerangan terhadap jemaat gereja St Lidwina, sebenarnya hendak pulang ke Banyuwangi, namun mampir ke Jogjakarta.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News