Pengakuan Transgender Australia Hidup Sebagai Pria Puluhan Tahun
Janji itu diikuti oleh malam menangis yang tak terkendali, suatu pelampiasan dari emosi yang terpendam selama beberapa dekade.
"Seolah-olah Anda kehilangan sesuatu yang Anda sayang sebagai seorang anak dan itu menghilang, dan Anda mencarinya berbulan-bulan dan Anda tak bisa menemukannya," ceritanya.
Ia melanjutkan, "Dan bertahun-tahun kemudian Anda menemukannya lagi. Saya menemukan diri saya."
Bagian yang hilang dari teka-teki ini membuatnya merasa, untuk pertama kalinya sejak ia masih kecil, layak untuk hidup di planet ini.
Pada saat yang sama, ia merasa seolah-olah sesuatu lainnya telah mati.
"Perilaku lama saya, ketakutan lama saya, mereka semua mati dan ada sedikit rasa kehilangan akan kelamin laki-laki," akunya.
Ia menceritakan, "Saya menghabiskan waktu untuk menjadi seorang pria selama ini, ketika saya justru tak bisa berada di jalan ini, tapi tanpa perjalanan itu saya tak akan menjadi diri saya saat ini."
Diskusi seputar transgender mendapat sorotan utama di media dalam beberapa pekan terakhir, setelah mantan juara Olimpiade, Bruce Jenner, tampil di sampul depan majalah Vanity Fair dengan identitas barunya, Caitlyn Jenner.
Ketika bintang reality show Amerika, Caitlyn Jenner, mengungkap masa transisinya untuk hidup sebagai seorang perempuan, kaum transgender Australia
- Verifikasi dengan Swafoto Bersama Kartu Identitas: Seberapa Aman dan Bisa Diandalkan?
- Dunia Hari Ini: Surat Kabar Inggris Digugat Pangeran Harry
- Apa yang Menyebabkan Dwi Kewarganegaraan Indonesia sekadar Wacana?
- Ketika Yahudi Australia Berubah Pikiran soal Israel, Simak Ceritanya
- Dunia Hari Ini: Rekor Roti Terpanjang di Dunia Dipecahkan di Prancis
- Dunia Hari Ini: Israel Serang Rafah, Meski Hamas Setujui Gencatan Senjata