Pengalaman Menginap di Ger, Rumah Tradisional Mongolia

Televisi LCD 39 Inci Jadi Barang Kesayangan

Pengalaman Menginap di Ger, Rumah Tradisional Mongolia
ki-ka: Khaltar, Ainur Rohman, Tserendolgor Tseeye, Javzandolgor Jauzka, Farid Fandi saat di rumah tradisional Mongolia yang disebut Ger di pinggiran kota Ulan bator, Mongolia, 22/08/12. Farid Fandi/Jawa Pos

Ke ger milik Tsere itulah saya dan rekan fotografer Farid Fandi pergi menginap pada Rabu malam lalu (22/8). Tsere adalah nenek Javzandolgor Bat-Orshih, seorang liaison officer tim nasional muda Indonesia yang bertanding pada 22nd FIBA Asia U-18 Championship di Ulan Bator.

Javza-lah yang memfasilitasi keinginan kami untuk mencicipi pengalaman bermalam di ger. Dia sekaligus menjadi penyambung lidah antara kami dan Tsere serta sepasang suami istri yang juga diundangnya menginap di ger, Khaltar dan Javzandor Jauzka.

Meski terlihat kontras dengan kompleks apartemen plus pusat perbelanjaan yang terletak persis di seberang jalan, modernitas hadir di dalam ger Tsere. Barang kesayangan nenek yang suaminya meninggal sebulan silam itu adalah televisi LCD 39 inci yang memiliki channel luar negeri macam CNN, National Geographic, dan ESPN. Pasokan listrik untuk televisi dan penerangan didapatkan dari pembangkit listrik setempat.

"Saya membayar 6 ribu Mongolian tugrik (1 Mongolian tugrik sekitar Rp 42 ribu) setiap bulan untuk mendapatkan saluran-saluran tersebut," ucap Tsere.

SEKITAR 30 persen penduduk Mongolia diperkirakan masih hidup nomaden dengan tinggal di ger. Berikut pengalaman wartawan Jawa Pos AINUR ROHMAN, yang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News