Pengamat: Kredibilitas Lembaga Survei Mengalami Ujian Terberat pada Pemilu 2024
Jika lembaga survei terbatas, maka absolutisme dan hegemonik data bisa terjadi. Meski begitu, Surokim tetap yakin bahwa Lembaga Survei bisa memainkan perannya pada pesta demokrasi ini.
“Saya masih meyakini lembaga survei di Indonesia dapat menjadi oksigen demokrasi elektoral dan masih punya masa depan untuk menjadi bahan referensi dan edukasi public. Oleh karena itu, lembaga survei yang muncul dari banyak pihak sungguh diharapkan,” tegas Surokim.
Kurangnya Nalar Kritis
Direktur Eksekutif Lingkar Madani (Lima) Indonesia Ray Rangkuti menganggap ada kesenjangan pengetahuan atas asas dan tata cara pemilu demokratis bekerja.
Hal ini disampaikan Ray terkait hasil survei Lembaga Survei Indonesi (LSI) yang memotret pihak yang berpeluang melakukan kecurangan.
Survei LSI itu menilai pasangan Ganjar-Mahfud dianggap paling potensial melakukan kecurangan, yakni sebanyak 20,6 persen; Prabowo-Gibran 14,4 persen; dan Anies-Muhaimin hanya 5,4 persen.
“Khususnya, menurutku, di kalangan kaum Generasi Y/Z. Mereka belum sepenuhnya menerima apa dan bagaimana Pemilu demokratis yang sebenarnya. Dengan hanya mendasarkan diri pada info-info sekilas di berbagai tayangan media sosial, mereka menebalkan makna apa itu kecurangan pemilu dan pemilu yang demokratis," ujar Ray.
Menurut Ray, hal itu pula yang membuat mayoritas publik kurang peka terhadap isu demokrasi.
Pengamat Politik dari Universitas Trunojoyo, Surokim Abdussalam mengatakan kredibilitas lembaga survei mengalami ujian terberat pada Pemilu 2024.
- Soal Rekonsiliasi Politik, JK Menyebut Peran Penting Prabowo
- Yasmine Ow Bantah Rumah Tangganya Hancur Gegara Pemilu 2024
- Plt Sekjen MPR Siti Fauziah Tekankan Pentingnya Rekonsiliasi Nilai Pancasila Usai Pemilu
- AMPG Sebut Qodari sedang Standup Comedy Komentari Golkar Bisa Jadi Brutus
- Wakil Ketua MPR Ahmad Basarah Ungkap Tantangan untuk Mewujudkan Indonesia Emas 2024
- Anies Tertarik Maju Pilkada Jakarta, PKS Tidak Tergoda