Pengamat Membedah Pidato Megawati, Sarat Pencerahan & Pendidikan

Pengamat Membedah Pidato Megawati, Sarat Pencerahan & Pendidikan
Ketum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri menyampaikan pidato pada HUT ke-51 PDI Perjuangan di Sekolah Partai, Lenteng Agung, Jakarta, Rabu (10/1). Foto: Ricardo/JPNN

"Salah satu tujuan reformasi ialah tegaknya etika kepemimpinan, hukum yang kokoh, adil, dan kebebasan atau demokrasi yang sehat,” imbuh Iswan.

Dia memandang, Megawati sebagai tokoh reformasi dan demokrasi tampak prihatin dengan perkembangan politik dan hukum akhir-akhir ini.

“Sindirannya kan terang benderang. Demokrasi dan tegaknya hukum adalah cita-citanya, tetapi belakangan ini seperti mundur ke belakang," kata Iswan.

Kedua, ketika 2004, pada saat Mega menjadi presiden petahana dan maju kembali dalam Pilpres 2004.

“Sebagai presiden dia memberi contoh baik, yakni tidak menggunakan kekuasaannya untuk berbuat semaunya. Di Pilpres 2014 pada saat masih punya kesempatan maju kembali, dia memilih mendorong Jokowi,” kata Iswan.

Pada Pilpres 2024, Mega juga tidak mendorong anaknya, yakni Puan Maharani yang sesungguhnya layak sebagai capres PDIP. “Malah, dia mendorong Ganjar," ujar Iswan. 

Ketiga, Megawati memandang bahwa kebebasan dalam demokrasi dan kesamaan di hadapan hukum adalah hal yang perlu dijaga.

“Dalam bahasa sederhana, Megawati menghendaki rakyat agar bebas menggunakan hak pilihnya. Jangan ada intimidasi, apalagi diintimidasi oleh aparat negara. Netralitas TNI-Polri diminta dilaksanakan sungguh-sungguh," tutur Iswan yang juga Youtuber ini.

Pengamat mengapresiasi pidato Megawati. Dia menyebut Mega sebagai Ibu Bangsa, penjaga martabat konstitusi dan kebebasan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News