Pengamat Sebut Gibran Pertontonkan Atraksi Gimmick yang Tidak Patut dalam Debat

Pengamat Sebut Gibran Pertontonkan Atraksi Gimmick yang Tidak Patut dalam Debat
Cawapres RI nomor urut 02 Gibran Rakabuming Raka bertingkah celingak-celinguk saat debat dengan Cawapres nomor urut 03 Prof Mahfud MD, MInggu (21/1/2-24). Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JEMBER - Cawapres nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka mempertontonkan debat menjadi ajang untuk mengumbar niretika pada debat keempat yang digelar KPU pada Minggu (21/1).

"Cawapres nomor urut 2 sekadar wow effect yang problematik dan niretika dalam debat," kata pengamat politik Universitas Jember Muhammad Iqbal, Senin.

Gibran beberapa kali menyentil cawapres nomor urut 1 Muhaimin Iskandar seperti membaca catatan hingga memperagakan gerakan pantomim yang menganggap tidak menemukan jawaban dari cawapres nomor urut 3 Mahfud MD.

"Sayangnya patut disesalkan Gibran justru masih menjadikan arena debat itu merupakan panggung kampanye sebagai sarana untuk menampilkan ego sentrisnya seolah dirinya merasa sebagai anak muda mampu mengalahkan dalam debat," kata Muhammad Iqbal.

Pakar komunikasi politik itu menilai bahwa debat keempat tersebut makin memberikan pendidikan politik yang kuat untuk calon pemilih untuk memilih pasangan capres dan cawapres pada pemungutan suara 14 Februari 2024.

"Calon pemilih diberikan ruang untuk menilai seberapa etika lingkungan, etika kepemimpinan untuk mengatur, mengelola, dan memanfaatkan sebesar-besarnya untuk masa depan bangsa dan lingkungan," katanya.

Iqbal mengatakan cawapres Muhaimin dan Mahfud tampak sangat kuat komitmen dan konsistensinya sepanjang proses debat untuk menjaga kualitas debat itu sebagai media kampanye, media untuk mengalirkan gagasan, dan mengelaborasi agar membumi kepada calon pemilih.

"Cawapres Gibran malah atraksi gimmick yang tidak patut secara etika karena muncul semacam arogansi, merasa dirinya bisa menguasai debat dan menguasai panggung," ujarnya.

Cawapres nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka mempertontonkan debat menjadi ajang atraksi gimmick yang tidak patut secara etika.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News