Pengamat UGM Sebut Aksi Boikot Produk Israel Picu Angka Pengangguran Sarjana

Pengamat UGM Sebut Aksi Boikot Produk Israel Picu Angka Pengangguran Sarjana
Pengamat UGM menyayangkan adanya ajakan boikot produk Israel, karena imbasnya merugikan anak-anak bangsa. Ilustrasi/Foto: Ricardo/JPNN.com

Jadi, tambahnya, pemerintah juga harus bisa mengantisipasi lonjakan pengangguran ini, apalagi dengan adanya isu-isu boikot tersebut

Dia mengimbau agar pihak-pihak yang menyerukan ajakan boikot terhadap produk-produk afiliasi Israel itu bisa melihat dampaknya terhadap para mahasiswa di Indonesia.

“Kasihan kan orang tua yang mengharapkan anak-anaknya bisa bekerja setelah menjadi sarjana, tetapi akhirnya menganggur karena makin sedikitnya perusahaan yang menerima mereka kerja,” ungkapnya. 

Dia juga menegaskan bahwa tidak ada alasan bagi Indonesia siapa pun itu untuk menolak perusahaan asing selama perusahaan itu tidak melanggar dan mengganggu kedaulatan Indonesia.

Jadi, dia melihat apa yang dilakukan dengan ajakan-ajakan boikot itu cuma fanatisme semata dan tidak ada kaitannya dengan agama. Sebab, perusahaan masuk ke Indonesia itu tidak membawa ajaran apa pun, hanya ingin berinvestasi saja.

"Sementara, kita mau menciptakan lapangan kerja, membutuhkan investasi,” ucapnya.

Sementara itu, Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Hariyadi Sukamdani mengatakan sikap MUI yang menyerahkan daftar dari produk-produk terafiliasi Israel kepada masing-masing individu masyarakat untuk memprosesnya itu justru banyak dimanfaatkan pihak-pihak tertentu untuk menjatuhkan pesaingnya.

Dia menyebutkan di sektor hotel dan restoran sudah menyebabkan penurunan pendapatan hingga 25 – 70 persen tergantung lokasinya karena keluarnya daftar-daftar produk boikot.

Pengamat UGM mengatakan aksi boikot produk Israel bisa memicu angka pengangguran sarjana.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News