Pengampunan Pajak dengan Sedekah Krishi Kalyan

Oleh Dahlan Iskan

Pengampunan Pajak dengan Sedekah Krishi Kalyan
Pengampunan Pajak dengan Sedekah Krishi Kalyan

Begitu nyaringnya tuntutan itu, sampai-sampai belakangan kantor perdana menteri harus mengeluarkan penjelasan: janganlah rakyat mengartikan ucapan dalam kampanye dulu secara harfiah.  

Ide sedekah Krishi Kalyan diharapkan bisa mengobati kekecewaan itu.

Bukan baru tahun ini India menjalankan program pengampunan pajak. India pernah menjalankan program serupa. Sukses sekali. Itu di tahun 1997. Tapi, sampai tahun lalu jumlah pembayar pajak di India baru 3 persen dari jumlah penduduknya. Itulah yang menggelisahkan para ekonom. Ditambah banyaknya dana gelap yang lari ke luar negeri. Yang jumlahnya mencapai 2 juta rupee x 1 miliar jumlah penduduknya.

Tahun lalu reformasi pajak juga dilakukan. Dengan cara seperti kita dulu: mengisi formulir pelaporan pajaknya sendiri. Hasilnya lumayan: dalam setahun jumlah pembayar pajaknya naik 0,6 persen.

Saya pernah beberapa kali ke India. Salah satunya untuk melihat tingkat pencurian listrik. Saya pilih daerah yang mestinya lebih taat: New Delhi.

Angkanya mengejutkan: yang mencuri listrik mencapai 35 persen.

Di Indonesia, daerah yang paling mencuri pun tidak sampai setengahnya. Daerah yang terkenal taat hanya sekitar 2 persen. Sedangkan di daerah yang paling mencuri listrik: 15 persen. Saya tidak mau menyebutkannya karena itu salah satu kabupaten di provinsi saya sendiri. Dan lagi, ini bulan puasa.

Kita yang kini juga lagi menjalankan program pengampunan pajak (lagi) sedang diamati para ahli: mana yang lebih sukses? India atau Indonesia. Pengalaman kita melakukan pengampunan pajak di tahun 1984 kurang berhasil. Bahkan, pengampunan pajak tahun 1964 gagal dilaksanakan karena situasi politik menjelang Gestapu/PKI yang panas.

”KALAU uang gelap yang lari ke luar negeri itu bisa ditarik semua,” katanya waktu kampanye dua tahun lalu, ”dan uang itu dibagi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News