Pengkhianat Drone

Oleh: Dahlan Iskan

Pengkhianat Drone
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Ketepatan sasaran diatur lewat komputer. Berarti tugas sniper tradisional sudah tergantikan. Dengan teknologi ini sang sniper tidak harus mencari posisi menembak yang tepat. Dia bisa melakukannya dari mana saja.

Kali ini pelakunya Israel. Iran juga pernah kehilangan jenderal dengan cara yang mirip. Hanya pelakunya bukan Israel, langsung bos besarnya: Amerika Serikat.

Jendreal itu, Qasim Solaimani, juga lagi berkunjung ke negara lain: Iraq. Begitu kendaraan yang membawa Solaimani konvoi di jalan raya, di luar kota Baghdad, senjata mengenai mobil itu. Meledak. Sang jenderal tewas seketika. Tembakan dilancarkan oleh drone. Tanpa awak.

Sebulan lalu petinggi Hamas yang lagi berada di Beirut, Libanon, juga tewas oleh serangan drone tepat sasaran. Dia seorang deputi pimpinan Hamas: Saleh al-Arouri.

Maka saya berpikir mengapa Vladimir Putin tidak dibunuh saja dengan cara yang sama. Atau Kim Jong-un. Bahkan, mengapa tidak sekalian Ayatollah Khamenei.

Mungkin saja Israel dan Amerika sudah mengagendakan itu. Tetapi mereka belum menemukan intelijen yang bisa memasok keberadaan para tokoh yang dibenci Israel-Amerika itu. Belum menemukan pengkhianat yang tepat.

Saya bisa membayangkan betapa sulit melindungi tokoh di zaman seperti ini.

Debat capres masih membicarakan beli senjata bekas atau baru. Padahal, realitas keamanan dan pertahanan negara sudah seperti itu.

Seorang jenderal intelijen Iran terbunuh dua hari lalu. Yang membunuh berada di jarak ribuan kilometer. Sang jenderal lagi dalam kunjungan ke Damaskus, Syria.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News