Diskusi Buku Freeport: Bisnis Orang Kuat vs Kedaulatan Negara

Pengusaha Domestik Berebutan jadi Partner Bisnis dengan Freeport

Pengusaha Domestik Berebutan jadi Partner Bisnis dengan Freeport
Eks Menteri BUMN Laksamana Sukardi, Ketua Umum PERHAPI Rizal Kasali menjadi pembicara saat peluncuran buku berjudul “Freeport: Bisnis Orang Kuat vs Kedaulatan Negara” karya Ferdi Hasiman di Jakarta, Senin (28/1). Foto: Ist

Korporasi asing-domestik justru yang menjadi penopang penerimaan negara dari sektor tambang. Mereka juga ikut menentukan maju-mundurnya proyek hilirisasi mineral, yang kemudian berdampak pada ketidakkonsistenan pemerintah menerapkan pelarangan ekspor mineral mentah.

Mahfud MD, Guru Besar Hukum Tata Negara dan Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi 2008-2013 yang menulis kata pengantar untuk buku ini menyebut Ferdy adalah salah satu dari sedikit orang yang tekun menelisik, mendalami dan kemudian mengurai masalah Freeport, dengan membaca banyak dokumen, melakukan wawancara, mengobservasi lapangan, menganalisis data dan menulis secara berseri di harian Kompas dan forum-forum lainnya untuk memberi informasi sekaligus mendapatkan feedback.

“Ferdy dapat dipandang sebagai orang yang tahu tentang Freeport dengan segala dimensi persoalannya,” tulis Mahfud.

Ia menambahkan, yang diuraikan Ferdy dalam bukunya “bukan soal sepele, melainkan soal-soal yang selama ini menjadi pertanyaan atau misteri bagi banyak orang, yakni masalah kehadiran Freeport yang ternyata menjadi rumit karena melibatkan pebisnis kuat sehingga rentan mereduksi kedaulatan negara.”

Ia menyebut kehadiran buku ini kayak diantarkan ke tengah-tengah masyarakat Indonesia yang ingin tahun masalah Freeport secara komprehensif.

Semenatra itu, Adnan Topan Husodo, Koordinator Indonesia Corruption Watch (ICW) menyebut
“buku ini menyuguhkan informasi yang sangat detail bagaimana praktik dan tarik-menarik kekuasaan untuk mendapatkan pengaruh paling besar sehingga dapa mengendalikan surga sumber daya alam terbesar di Indonesia, yakni tambang emas yang kemudian dikontrol sepenuhnya oleh PT Freport.

“Kronologis dan analisis yang disajikan dalam buku ini menambah referensi cukup signifikan tentang bagaimana logika kekuasaan dengan berbagai cara bekerja untuk mengontrol sepenuhnya sumber daya alam yang paling memikat di eranya,” kata Adnan.

Ferdy menamatkan pendidikan Sarjana Filsafat di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta, lalu Master Politik di Universitas Indonesia. Ia bekerja di Alpha Research Database sejak 2009, yang fokus pada penelitian di bidang pertambangan, mineral, batu bara serta minyak dan gas.

Banyak pengusaha domestik berebutan menjadi partner bisnis dengan PT Freeport Indonesia. Mereka terlibat dalam bisnis jasa memasok Bahan Bakar Minyak (BBM), bahan peledak, jasa pembangunan pelabuhan sampai catering.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News