Penjelasan Terbaru Menkes soal Stok Vaksin COVID-19

Penjelasan Terbaru Menkes soal Stok Vaksin COVID-19
Petugas kesehatan menyuntikan vaksin COVID-19 Sinovac secara drive thru untuk lansia di kawasan Kemayoran, Jakarta, Senin (8/3). Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengakui program pemberian vaksinasi COVID-19 di Indonesia akan melambat akibat stok vaksin menipis.

Penyebabnya karena adanya pembatasan suplai vaksin dari negara-negara produsen.

"Vaksin yang tadinya tersedia untuk bulan Maret dan April masing-masing 15 juta dosis atau total untuk 2 bulan 30 juta dosis, tapi kita (Indonesia) hanya bisa dapat 20 juta dosis, atau dua pertiga. Akibatnya laju vaksinasinya tidak secepat sebelumnya karena memang vaksinnya yang berkurang jumlahnya," kata Budi Gunadi di Kantor Presiden Jakarta, Senin.

Budi Gunadi menjelaskan, hal tersebut terjadi karena banyak negara-negara Eropa, beberapa negara di Asia seperti India, Filipina hingga Papua Nugini serta negara di Amerika Selatan seperti Brazil mengalami lonjakan ketiga kasus aktif COVID-19 .

"Akibatnya negara-negara yang memproduksi vaksin di lokasi-lokasi tersebut mengarahkan agar vaksinnya tidak boleh keluar, hanya boleh dipakai di negara masing-masing, sehingga mempengaruhi ratusan negara di dunia termasuk di Indonesia," ujar Budi Gunadi.

Menkes Budi Gunadi mengakui bahwa pemerintah sedang bernegosiasi dengan produsen vaksin dan negara produsen vaksin.

"Mudah-mudahan pada bulan Mei bisa kembali normal sehingga kita bisa melakukan vaksinasi dengan rate seperti sebelumnya yang terus meningkat," ungkap Budi Gunadi.

Budi Gunadi menyebutkan jumlah dosis vaksin yang sudah disuntikkan kepada masyarakat sudah mencapai 12,7 juta dosis.

Berikut ini penjelasan Menkes Budi Gunadi Sadikin terkait stok vaksin COVID-19 akibat pembatasan suplai dari negara produsen.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News