Penjual Bunga Australia Rugi Jutaan Dolar Akibat Lockdown di Hari Valentine
'Harus berapa kali?'
Kini, Cheryl mempertanyakan langkah berikutnya.
"Harus berapa kali bisnis kecil menerima pukulan seperti ini, dan [berusaha] bangkit kembali?" katanya.
Ia mengatakan setelah 'lockdown' pertama, dirinya sempat 'ragu' untuk menanam bunga sebagai persediaan musim berikutnya.
"Akhirnya kita melakukannya, tapi ada 'lockdown' lagi. Apakah kami tetap terus menanam? Apakah kami tetap menunggu sampai semua ini selesai?"
Di pusat kota Melbourne, penjual bunga Liz Ricci mengatakan 'lockdown' yang baru diberlakukan, ditambah pergerakan warga yang tak boleh lebih dari lima kilometer dari rumah, telah mengurangi jumlah pejalan kaki yang adalah pelanggannya.
"Kami hanya menjual 30 persen dari yang biasanya kami jual," katanya.
Liz mengatakan pesanan online masih berjalan, tapi itu tidak cukup.
"Beberapa dari bunga ini hanya akan menjadi sampah," ujarnya.
Cheryl Roehrich, seorang penanam bunga dari Trentham di negara bagian Victoria, Australia telah menghabiskan waktu setahun untuk mempersiapkan salah satu hari terpenting di hidupnya: Hari Valentine
- Dunia Hari Ini: Aktivis Thailand Meninggal Setelah Mogok Makan di Penjara
- Tanggapan Mahasiswa Asing Soal Rencana Australia Membatasi Jumlah Mereka
- Dunia Hari Ini: Empat Warga India Tewas Tertimpa Papan Reklame
- Bakamla RI Menjemput 18 Nelayan Indonesia di Australia, Lihat
- Dunia Hari Ini: Banjir Lahar Dingin Gunung Marapi, 37 Orang Tewas
- Verifikasi dengan Swafoto Bersama Kartu Identitas: Seberapa Aman dan Bisa Diandalkan?