Penyandang Difabel di Indonesia Masih Merasa Dianggap Beban Masyarakat

Penyandang Difabel di Indonesia Masih Merasa Dianggap Beban Masyarakat
Pengalaman berbeda yang dialami MH Thamrin dengan kursi roda di Surabaya (kiri) dan dalam perjalanan di luar negeri. (Foto: Supplied)

"Yang paling menyulitkan saya selama bekerja terutama tidak tersedia nya kamar mandi atau WC yang aksesibel di semua kampus tersebut sampai hari ini."

"Kalau untuk buang air kecil mungkin tidak terlalu masalah, tapi tidak untuk buang air besar."

"Tapi memang soal kemudahan bergerak ini memang merupakan isu utama bagi saya. Karena seringkali saya tidak bisa mengikuti kegiatan seperti rapat atau diskusi jika diadakan di ruangan yang berada di lantai atas," jelasnya.

Penyandang Difabel di Indonesia Masih Merasa Dianggap Beban Masyarakat Photo: MH Thamrin ketika berlibur ke ibukota Prancis Paris, berpose dengan latar belakang Menara Eiffel. (Foto: Supplied)

 

Thamrin yang sudah banyak melakukan perjalanan baik di Indonesia maupun ke luar negeri mengatakan Indonesia masih jauh tertinggal dalam soal fasilitas bagi para penyandang disabilitas.

"Kemajuannya relatif lambat di Indonesia. Memang sudah ada berbagai perubahan, tetapi seringkali yang saya lihat pembangunan fasilitas untuk difabel sekedar memperlihatkan komitmen tetapi kurang fungsional," kata Thamrin.

Menurutnya dibandingkan dengan negara tetangga, seperti Malaysia, Indonesia masih tertinggal dalam soal kemudahan fasilitas bagi penyandang disabilitas.

"Di beberapa universitas [di Malaysia] yang pernah saya kunjungi selalu tersedia fasilitas untuk difabel, termasuk toilet khusus. Juga bus-busnya sudah menyediakan ramp untuk memudahkan pengguna kursi roda masuk," katanya lagi.

Memperingati Hari Difabel Internasional yang jatuh pada 3 Desember setiap tahunnya, ABC Indonesia berbicara dengan mereka yang hidup dengan disabilitas dan aktif di perguruan tinggi

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News