Penyandang Disabilitas Tak Butuh Belas Kasihan
Isu disabilitas dialami hampir semua negara di dunia. Untuk mengatasinya, pakar disabilitas dari Universitas Flinders Australia Caroline Ellison, mengatakan, masyarakat harus mulai menjauhi sikap diskriminasi dan tak sepantasnya memaksakan standar hidup mereka.
Bahkan bagi Caroline, penyandang disabilitas tak butuh belas kasihan.
Berdasarkan data yang dimiliki KOMPAK (Kolaborasi Masyarakat untuk Pelayanan dan Kesejahteraan) Indonesia, sekitar 20 persen penduduk tiap negara adalah penyandang disabilitas.
Satu di antara lima warga miskin di dunia adalah mereka yang hidup dengan disabilitas.
Lalu, bagaimana cara untuk mendukung dan menyejahterakan kehidupan mereka?
Menurut Associate Profesor Caroline Ellison dari Universitas Flinders, Australia Selatan, masyarakat di berbagai negara harus mulai menjauhi sikap diskriminasi yang disebutnya sebagai ‘ableism’ yaitu diskriminasi yang memihak orang-orang tanpa disabilitas.
“Masyarakat ‘ableist’ mematok gaya hidup orang tanpa disabilitas sebagai standar atau ‘kenormalan’ yang biasanya berimbas pada kebijakan, kondisi dan layanan di tempat publik dan pribadi lalu menyesuaikan standar ‘kenormalan’ itu, sehingga melalaikan penyandang disabilitas,†jelasnya dalam kuliah umum di Kedutaan Besar Australia di Jakarta, Senin (7/11).
Isu disabilitas dialami hampir semua negara di dunia. Untuk mengatasinya, pakar disabilitas dari Universitas Flinders Australia Caroline Ellison,
- Di Balik Gagasan Penerbit Indie yang Semakin Berkembang di Indonesia
- Dunia Hari Ini: 26 Tahun Hilang, Pria Aljazair Ini Ditemukan di Ruang Bawah Tanah Tetangga
- Dunia Hari Ini: PM Slovakia Ditembak Sebagai Upaya Pembunuhan Bermuatan Politik
- Ramai-Ramai Tolak RUU Penyiaran: Makin Dilarang, Makin Berkarya
- Dunia Hari Ini: Aktivis Thailand Meninggal Setelah Mogok Makan di Penjara
- Tanggapan Mahasiswa Asing Soal Rencana Australia Membatasi Jumlah Mereka