Penyebutan 'Harmony Day' Diperdebatkan di Australia karena Sejarah Kelam di Baliknya

Namun, dia khawatir bahwa arti awal dari hari tersebut hilang karena berbagai perayaan yang ada.
"Di sini tampaknya warga dari budaya berbeda merayakan budaya dan hubungan mereka dengan nenek moyang mereka ... bukan secara sadar menentang diskriminasi," katanya.
Di luar komunitas tempatnya bekerja, Proud berusaha memulai pembicaraan dengan keluarganya mengenai sejarah dan juga perkembangan terbaru dari Afrika Selatan.
"Ini adalah cara saya untuk berhubungan dengan sejarah, sehingga saya bisa mengingat mereka yang meninggal hari itu," katanya.
"Dan juga pentingnya hari itu dalam hal mengubah sejarah Afrika selatan dan membelokkan arah perjuangan menentang apartheid."
'Tidak merayakan hal yang baik saja'
Christina Ho juga melihat perubahan perayaan Harmony Day di Australia, salah satunya di kantor dan lembaga dengan mengenakan kaos dan peta oranye, serta mengadakan acara minum teh dan makan kue.
"Bagi generasi pertama kelompok migran ini merupakan cara yang bagus untuk mendapatkan pengakuan mengenai tradisi dan budaya mereka," katanya.
"Namun yang tidak terjadi adalah hal ini semua membuat diskusi mengenai masalah yang lebih sulit seperti rasisme, tindakan brutal polisi, kematian dalam penahanan, diskriminasi. Semua itu tidak cocok dibicarakan dalam bingkai harmoni."
Tanggal 21 Maret dirayakan di seluruh dunia sebagai Hari Internasional bagi Penghapusan Diskriminasi Rasial, memperingati pembantaian brutal di Afrika Selatan lebih dari 60 tahun lalu
- Industri Alas Kaki Indonesia Punya Potensi Besar, Kenapa Rawan PHK?
- Apa Arti Kemenangan Partai Buruh di Pemilu Australia Bagi Diaspora Indonesia?
- Dunia Hari Ini: Presiden Prabowo Ucapkan Selamat Atas Terpilihnya Lagi Anthony Albanese
- Partai Buruh Menang Pemilu Australia, Anthony Albanese Tetap Jadi PM
- Korea Selatan dan Australia Ramaikan Semarang Night Carnival 2025
- Dunia Hari Ini: Israel Berlakukan Keadaan Darurat Akibat Kebakaran Hutan