Peraih Adhi Makayasa Letda Laut (P) Egistya Pranda Berbagi Kisah

Langsung Gabung Pasukan Perdamaian di Lebanon

Peraih Adhi Makayasa Letda Laut (P) Egistya Pranda Berbagi Kisah
KEBANGGAAN: Letda Laut (P) Egistya Pranda (kiri) mendampingi Laksda TNI A. Taufiqoerrochman (kanan) dan istri, Ina Dwiana Sari, ketika menjabat gubernur AAL. Foto: BAGPEN AAL for Jawa Pos

Ayahnya, Kolonel Laut (E) Sugianto, malang melintang di dunia administrasi personel Mabes TNI-AL. Begitu pula sang ibu, Kapten Laut (KH/W) Lisda Rusyanti, bergelut di bidang serupa. Yang membedakan, korps Egis ketika menjalani pendidikan taruna adalah korps pelaut. Peluang dia berkarir bisa melebihi ayahnya. Apalagi tidak sedikit penerima gelar bergengsi Adhi Makayasa yang menjadi tokoh nasional. Apalagi jurusan yang dipilihnya, yakni pelaut, merupakan jalan lempang untuk menjadi laksamana (setara jenderal bintang empat).

Egis menyatakan berusaha melakukan yang terbaik. Meski tidak pernah membayangkan menjadi yang terbaik, dia bercita-cita terjun di dunia militer sejak dini. Sejak kecil dia kerap melihat ayah dan ibunya yang berkarir di dunia ketentaraan. ’’Saya pun tertarik dan tertantang masuk angkatan laut,’’ katanya.

Selama pendidikan taruna, beberapa penghargaan kadet disabetnya. Di antaranya, dua medali emas kategori Tri Sakti Wiratama dan Dira Trengginas serta perak kategori Ati Tanggap. Aspek akademis selama menuntut ilmu setahun di Akmil Magelang dan tiga tahun di AAL terhitung cemerlang. IPK-nya 3,64 sehingga dia lulus dengan predikat cum laude. Selain pangkat, dia berhak menyandang gelar sarjana teknik pertahanan ST Han.

Untuk kepemimpinan, Egis dipercaya taruna AAL seangkatannya sebagai komandan resimen korps taruna. Sedangkan nilai lebih Egis berupa penguasaan bahasa asing, bahasa Inggris, Prancis, dan bahasa Jepang. Keahlian dalam berbahasa Jepang diperolehnya ketika mendapat beasiswa dari Nippon Defense Academy (NDA). Lantaran sesuatu hal terkait izin, program itu urung berlanjut dan Egis memilih berfokus di AAL.

’’Sebenarnya bahasa Jepang dan Prancis saya bersifat pasif,’’ ujarnya merendah.

Hal menonjol saat pendidikan taruna, Egis mendapat kesempatan langka. Dia bersama taruna angkatan 59 terlibat pelayaran keliling dunia Kartika Jala Krida. Meski hanya merasakan rute keliling di Amerika Serikat, dia merasa bangga. Saat itu keterbatasan kurikulum membuat pendidikan taruna tidak bisa berlama-lama di luar kelas.

Kebanggaan lain paja berhobi otomotif itu adalah lolos seleksi satuan tugas Maritime Task Force (MTF). Satgas di bawah United Nations Interim Force in Lebanon (Unifil, Pasukan Sementara PBB di Lebanon). Sebagai paja yang baru diwisuda Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam upacara Prasetya Perwira pada 26 Juni 2014 di kampus Maguwo, AAU, Jogjakarta, bukan perkara mudah masuk satgas MTF.

Tidak banyak paja setelah on job training di detasemen markas atau pos lain yang ditempatkan di kapal perang kategori kombatan. Apalagi di KRI yang mendapat penugasan internasional. Di KRI bernomor lambung 367 itu, Egis menjadi perwira Divisi Senjata Atas Air. Kemampuan di atas rata-rata praktis mendukung prestasi Egis. Dia mengakui capaian itu didapat berkat pesan-pesan yang dilontarkan SBY ketika pembekalan praspa.

Menjadi yang terbaik dan meraih Bintang Adhi Makayasa adalah dambaan semua taruna. Tak terkecuali kadet AAL. Sepertiga jalan karir cemerlang di bidang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News