Perang Diksi dan Kebisingan Tak Substantif

Perang Diksi dan Kebisingan Tak Substantif
Pengamat Politik sekaligus Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting. Foto: Dokpri for JPNN.com

Yang paling dikhawatirkan adalah Jokowi dikalahkan oleh dirinya sendiri (bunuh diri politik). Semakin banyak ngomong, semakin banyak salah, blunder dan memantik polemik.
Mestinya Jokowi fokus saja mempromosikan kinerja dan prestasinya ke publik seperti infastruktur menjadi proyek andalannya sehingga masyarakat tahu apa yang sudah dilakukan oleh pemerintahannya.

Kalau masyarakat tahu kerja nyata Jokowi maka masyarakat puas (approval rating), kalau puas maka otomaticly memilih Jokowi dengan sendirinya. Tapi jangan coba-coba buka kotak pandora SARA, menyerang karakter pribadi atau fisik. Ingat, ketika masuk ke wilayah pusaran tersebut, tinggal menunggu waktu tenggelam dengan sendirinya. Baiknya Jokowi belajar kasus Ahok, dikalahkan oleh kata-kata dan dikalahkan oleh dirinya sendiri.

Patut diduga, narasi kampanye yang dangkal ini apakah memang sengaja didesain untuk mengarahkan para kandidat terjebak dalam perang kata-kata, saling sindir sehingga terjauh dari substansi (konten) persoalan yang sedang dihadapi bangsa.

Dengan kata lain, ini merupakan bagian dari strategi politik untuk mengalihkan perbincangan publik untuk tidak terlalu dalam masuk menyentuh persoalan yang lebih substantif karena ada pihak-pihak yang merasa khawatir bisa berpotensi merugikan kepentingan politiknya jika perdebatan politik mengarah pada hal-hal yang lebih substansi.

Sehingga rakyat digiring dengan isu murahan dan persoalan remeh temeh, konsekuensinya publik teralihkan perhatiannya dari persoalan nyata yang sedang dihadapi rakyat dalam kesehariannya.

Strategi politik semacam ini membuat publik tidak akan mendapatkan informasi yang cukup tentang kandidat sehingga pada akhirnya alasan mereka menentukan pilihan hanya berdasarkan sentimen berkaitan suka atau tidak suka, bukan pada basis visi dan gagasan yang jelas.

Perang urat saraf dan politik saling sindir ini pada dasarnya tidak memberikan azaz kemanfaatan bagi masyarakat. Sementara pada saat yang sama rakyat sedang berkutat pada kesulitan ekonomi dan beragam persoalan lainnya.

Karena itu, sangat tidak elok membuat kebisingan dengan memainkan sentimen publik, sementara pada saat yang sama kebisingan tersebut tidak memberi dampak apapun terhadap rakyat.

Sangat tidak elok membuat kebisingan dengan memainkan sentimen publik, sementara pada saat yang sama kebisingan tersebut tak berdampak apapun terhadap rakyat.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News