Perang Media, Oposisi Unggul di Dunia Maya

Perang Media, Oposisi Unggul di Dunia Maya
Perang Media, Oposisi Unggul di Dunia Maya
Sementara itu, Sin Chew Daily, surat kabar dengan tiras terbesar di Malaysia, agak halus dalam menyerang. Seorang kolumnisnya, Tay Tian Yan, mengaitkan demo tersebut dengan situasi politik. Yakni, tepat pada saat naiknya harga-harga dan menjelang pemilu. Surat kabar itu juga menulis bahwa aksi menuntut pemilu bersih tersebut sebenarnya tak lebih dari pertarungan politik antara pemerintah dan kaum oposan.

The Star, surat kabar besar milik Malaysian Chinese Association yang juga merupakan koalisi UMNO di Barisan Nasional, juga menuding bahwa aksi tersebut merupakan upaya licik dari pemimpin-pemimpin mereka untuk keuntungan politis. Johan Jaafar, chairman Media Prima (juga milik UMNO dan menerbitkan News Straits Times), menulis, "Pemerintahan sekarang memang tak sempurna, tapi tak harus diselesaikan di jalanan. Itu bukan kultur Malaysia."

Sementara itu, kaum oposan paling besar hanya bisa bersuara lewat Harakah, surat kabar besar milik PAS. Namun, banyak keterbatasannya. Salah satunya berkaitan dengan jadwal terbit. "Kami hanya mendapat izin terbit dua kali dalam seminggu," kata Salahuddin Ayyub, wakil presiden PAS yang juga direksi dalam surat kabar tersebut.

Jika di media cetak dan media elektronik pemerintah unggul, tidak demikian di internet. Di dunia maya itu, kaum oposan lebih unggul. Selain mempunyai situs Malaysia Kini, hampir semua pengguna internet menyalahkan pemerintah yang beraksi represif. "Kami juga sudah mendapat dukungan luar biasa di Facebook dan Twitter," ucap Ayyub.

ADA satu hal yang sangat mengganggu gerakan kaum oposan di Malaysia. Yakni, mereka tak mempunyai akses ke media dan kalah telak dalam perang opini

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News