Perang Saat Lebaran

Perang Saat Lebaran
Dahlan Iskan.

jpnn.com - Tidak ada saling memaafkan. Perang dagang itu akhirnya: jadi. Antara kekuatan ekonomi nomor satu dunia dengan runner up-nya: Amerika Serikat Vs Tiongkok.

Pembicaraan antar-delegasi tingkat tinggi itu sia-sia. Yang di Beijing (dua kali) maupun Washington DC (dua kali). Konsesi-konsesi yang sudah disepakati tidak berlaku lagi.

Trump juga tersandera politik dalam negerinya. Juga tersandera gertakannya sendiri.

Awalnya Trump menggertak dengan kerasnya. Kongres Amerika mendukungnya. Terutama fraksi partainya sendiri.

Belakangan Trump sebenarnya melunak. Tapi Kongres terlanjur ikut keras. Trump dengan mudah bisa memerankan diri sebagai ‘lidah tak bertulang’.

Tapi Kongres tidak semudah itu. Mengapa?

November nanti ada pemilu: memilih separuh anggota kongres. Tinggal empat bulan lagi. Mencla-menclenya lidah bisa berbahaya.

Caleg-caleg dari Republik bisa kalah. Kongres bisa dikuasai Demokrat. Trump bisa lebih susah.

Perang benar-benar berlangsung. Perang dagang. Kita akan amati dengan tegang. Ini bisa mengacaukan perdagangan dunia.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News