Perang Tarif Ojek Online Dimulai dari Grab?

Perang Tarif Ojek Online Dimulai dari Grab?
Salah satu penyedia layanan ojek berbasis aplikasi atau ojek online di Jakarta. Foto: Ayatollah Antoni/JPNN.Com

Hanya saja Heru menegaskan, strategi penerapan tarif murah untuk konsumen juga harus tetap memperhatikan kesejahteraan mitra pengemudi sebagai pilar di bisnis ini.

Jangan sampai mitra pengemudi malah menjadi pihak yang paling rugi.

"Harus ada jaminan kesejahteraan. Selama ini, kita melihat investasi ke Grab cukup besar, tapi seperti tidak menetes ke pengemudinya. Makanya sampai terjadi demo dan migrasi pengemudi," tutur Heru.

Heru melanjutkan, fenomena migrasi mitra pengemudi Grab ke Go-Jek sangat dipengaruhi oleh persoalan kemampuan perusahaan memberikan kenyamanan dan jaminan kesejahteraan.

Menurut Heru, selain soal tarif dan insentif untuk mitra pengemudi Grab terlampau rendah, layanan Go-Jek jauh lebih banyak dan populer guna membantu mendongkrak pendapatan lebih layak.

"Kita semua tahu, popularitas Go-Food dan Go-Send serta skema top up Go-Pay sebagai opsi tambahan pendapatan, belum bisa disaingi oleh Grab. Ini jelas menjadi daya tarik untuk mendapatkan kesejahteraan yang lebih layak," ujar Heru.

Sebelumnya, Managing Director Grab Indonesia Rizki Kramadibrata mengkritik penyesuaian tarif yang dilakukan oleh Go-Jek.

VP Corporate Affairs Go-Jek Michael Say merespon kritik tersebut dengan menyatakan bahwa penyesuaian dilakukan justru demi mengikuti kondisi pasar dan menjamin daya saing mitra pengemudi.

Kenaikan angka pengguna Grab sangat dipengaruhi oleh tarif yang terlampau murah dan banjir promo.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News