Perangi Rezim Kadhafi, Habis Miliaran Dolar

Perangi Rezim Kadhafi, Habis Miliaran Dolar
Perangi Rezim Kadhafi, Habis Miliaran Dolar
NEW YORK - Dibandingkan Perang Iraq dan Perang Afghanistan, misi militer AS di Libya merupakan yang tersingkat sekaligus yang "termurah". Setelah menyerahkan komando operasi pada Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) Maret lalu, militer AS memang juga tidak terlibat secara fisik dalam pertempuran di Libya. Tapi, Washington tetap memberikan bantuan persenjataan dan teknologi untuk mendukung misi udara NATO tersebut.

Keterlibatan Negeri Paman Sam dalam aksi militer yang dipimpin oleh NATO itu membuat pemerintahan Presiden Barack Obama harus mengeluarkan banyak dana. Belum lagi hadiah uang tunai yang dijanjikan oleh Departemen Pertahanan AS (Pentagon) kepada siapapun warganya yang bisa menangkap Muammar Kadhafi. Konon, uang yang dijanjikan USD 1,1 miliar atau sekitar Rp 9,74 triliun.

Dana itu belum termasuk pengeluaran Departemen Luar Negeri, CIA, dan lembaga-lembaga lain yang terlibat dalam misi tempur NATO di Libya. Selain AS, negara-negara anggota NATO juga harus mengeluarkan dana yang tidak sedikit untuk membiayai misinya di Libya. Sayang, tak ada rincian soal dana yang harus dikeluarkan masing-masing negara. Tapi, secara rutin NATO mengeluarkan dana yang cukup besar.

Mengutip data resmi dari NATO, National Journal melaporkan bahwa organisasi pakta pertahanan itu harus mengeluarkan sekitar USD 7,4 juta (sekitar Rp 65,5 miliar) per bulan untuk belanja senjata perang elektronik di Libya. Selain itu, NATO juga harus membelanjakan sekitar USD 1,1 juta (sekitar Rp 9,74 miliar) per bulan untuk keperluan para staf di markas besar dan komando lapangan.

NEW YORK - Dibandingkan Perang Iraq dan Perang Afghanistan, misi militer AS di Libya merupakan yang tersingkat sekaligus yang "termurah".

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News