Perempuan di Jepang Mulai Membuka Suara Soal Rendahnya Angka Kelahiran

Perempuan di Jepang Mulai Membuka Suara Soal Rendahnya Angka Kelahiran
Jepang memiliki tingkat kelahiran yang menurun dan populasi tertua kedua di dunia. (Reuters: Kim Kyung-Hoon)

Pemerintah Jepang kini menganggap masalah turunnya tingkat kelahiran sebagai hal yang perlu ditangani, namun dengan sedikitnya perempuan di ranah politik, beberapa di antaranya mulai lantang bersuara di media sosial.

Tahun lalu, angka kelahiran di Jepang berada di bawah 800 ribu, jumlah kelahiran terendah yang pernah tercatat dalam sejarah negara berpenduduk 125 juta tersebut.

Perdana Menteri Fumio Kishida memperingatkan pola ini menimbulkan pertanyaan tentang "apakah Jepang bisa terus berfungsi sebagai sebuah komunitas."

Ia juga mengatakan perhatian dunia akan masalah ini sudah menimbulkan perdebatan besar di berbagai media dalam negeri.

Salah satunya tentang bagaimana jumlah perempuan berusia di atas 50 yang tidak pernah memiliki anak di Jepang merupakan yang tertinggi di kalangan 38 negara maju yang tergabung dalam OECD.

Perdebatan ini kemudian mengakibatkan munculnya istilah baru dengan hashtag "life-long childlessness", atau tidak punya anak seumur hidup.

Tomoko Okada mengatakan sudah lama merasa "malu" karena tidak memiliki anak, dan ragu-ragu untuk ikut dalam perdebatan di Twitter, karena khawatir dengan kemungkinan munculnya berbagai kritik terhadap dirinya.

Namun yang diterimanya justru perasaan simpati dan dukungan, dengan perempuan lain turut menceritakan mengapa mereka tidak berkeluarga atau dalam beberapa kasus memilih untuk tidak memiliki keluarga atau anak.

Pemerintah Jepang sudah mengakui masalah turunnya tingkat kelahiran dan perlu segera ditangani

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News