Perempuan di Jepang Mulai Membuka Suara Soal Rendahnya Angka Kelahiran

Namun menurut Fujita, diskusi yang sudah ada di media sosial memiliki dampak terbatas.
"Sayang sekali tidak banyak suara dari kalangan perempuan ini yang mencapai ranah politik," katanya.
Para pakar mengatakan menurunnya tingkat kelahiran di Jepang merupakan masalah yang rumit dengan berbagai akar permasalahan.
Hanya 2,4 persen kelahiran di Jepang terjadi di luar perkawinan, angka terendah dari 38 negara OECD, angka yang sering dikaitkan dengan norma konservatif dan sistem keuangan yang lebih mendukung sistem keluarga.
Beberapa yang lain mengatakan ekonomi jadi penyebab, dengan rendahnya pertumbuhan ekonomi di Jepang selama belasan tahun terakhir sehingga membuat banyak keluarga takut memiliki anak.
Perubahan kebijakan seperti misalnya perluasan fasilitas pengasuhan anak bisa membantu meningkatkan kelahiran namun kenaikan itu kadang hanya bersifat sementara, kata Takumi Fujinami dari Institut Penelitian Jepang.
Selain masalah kesetaraan dalam urusan rumah tangga, dia mengatakan "stabilitas ekonomi jangka panjang dan kenaikan pendapatan adalah faktor kunci".
Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya dari ABC News
Pemerintah Jepang sudah mengakui masalah turunnya tingkat kelahiran dan perlu segera ditangani
Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif
- Hasil Semifinal Sudirman Cup 2025: China Mengerikan, Jepang Hancur
- Dunia Hari Ini: Israel Berlakukan Keadaan Darurat Akibat Kebakaran Hutan
- Dunia Hari Ini: Amerika Serikat Sepakat untuk Membangun Kembali Ukraina
- Sudirman Cup 2025: Sempat Tertinggal 0-2, Jepang Mengalahkan Malaysia
- Dunia Hari Ini: Pakistan Tuding India Rencanakan Serangan Militer ke Negaranya
- Dunia Hari Ini: PM Terpilih Kanada Minta Waspadai Ancaman AS