Pergeseran Konsumsi dari Pertamax Mengkhawatirkan, Bakal Ada Pembatasan Pertalite?

Pergeseran Konsumsi dari Pertamax Mengkhawatirkan, Bakal Ada Pembatasan Pertalite?
Pemerintah dapat meminimalkan potensi pergeseran (shifting) konsumsi Pertamax ke Pertalite.Ilustrasi - pengisian BBM jenis Pertamax dan Pertalite di SPBU. Ricardo/JPNN.com

Pertamina mulai Jumat (1/4/2022) dini hari menyesuaikan harga Pertamax menjadi Rp12.500 per liter dari sebelumnya Rp9.000.

Kenaikan harga ini pertama kali dalam tiga tahun terakhir. Sedangkan harga Pertalite tetap Rp 7.650 per liter namun pemerintah meningkatkan statusnya dari BBM nonsubsidi menjadi BBM Penugasan.

Konsumsi Pertalite secara nasional mencapai 76 persen sedangkan Pertamax sekitar 14 persen.

Pakar ekonomi energi dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran Yayan Satyakti menilai potensi pengguna Pertamax shifting ke Pertalite cukup tinggi.

Yayan menyarankan ada pembatasan jumlah kuota Pertalite di daerah yang pendapatan per kapitanya tinggi.

"Misalnya, Pertalite berada di wilayah perdesaan, sedangkan kawasan perkotaan semuanya Pertamax," ujarnya.

Yayan mencontohkan kendaraan di perkotaan hanya diperbolehkan bagi kendaraan berpelat nomor kuning atau transportasi umum. Jadi, Pertalite tetap ada di perkotaan tetapi, peruntukannya harus benar-benar efektif.

"Kuotanya terbatas untuk transportasi publik," ujar dia.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai pemerintah dapat meminimalkan potensi pergeseran (shifting) konsumsi Pertamax ke Pertalite

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News