Perlu Ada Transformasi Kesehatan untuk Pasien Gagal Ginjal di Indonesia
Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Vaskular dan Endovaskular Indonesia (Pesbevi), dr. Dedy Pratama mengatakan kualitas hidup Pasien Ginjal Kronis (PGK) harus diperbaiki, salah satunya dengan hemodialisa.
“PGK memiliki prognosis buruk dan biaya tinggi. Komplikasinya juga harus ditangani dan memerlukan biaya tinggi,” katanya.
Menurutnya, hemodialisa modalitas yang paling banyak digunakan dan sangat bergantung pada akses vaskular.
Dia menambahkan vaskular akses idealnya reliabel, bebas dari infeksi dan sesuai dengan kebutuhan pasien.
“Pasien seharusnya sudah menggunakan akses vaskular permanen pada saat hemodialisa karena perlu waktu untuk maturasi sehingga vaskular siap pakai. Biasanya sekitar 6 minggu untuk menyiapkan akses vaskular,” terangnya.
Pihaknya mewanti-wanti didalam menangani pasien gagal ginjal perlu kerja sama yang baik dari semua stakeholder.
Menurutnya, idealnya akses vaskular permanen untuk hemodialisa sudah disiapkan sebelum dilakukan hemodialisis.
“Selain itu, efektivitas tindakan dan efisiensi biaya dalam kasus hemodialisis dan akses vaskular harus seimbang,” katanya.
KPCDI menegaskan pentingnya transformasi kesehatan sistem pembiayaan yang adil dan meniadakan kesenjangan biaya bagi pasien gagal ginjal.
- Tetangga N
- 23 Persen Kasus Ginjal Kronis karena Diabetes Tipe 2, Bayer Punya Inovasi Pengobatan
- Dalam Seminggu, Lukas Enembe Cuci Darah 3 Kali
- Transformasi Kesehatan Indonesia, Selamatkan Ribuan Anak Stunting dan Ibu Hamil
- Rey Utami Mewek Mendengar Curhat Pengidap Gagal Ginjal Kronis
- IPMG Komitmen Dorong Transformasi Kesehatan & Penguatan Ekonomi Indonesia