Perlu Penguatan Ideologi Pancasila dan Nalar Sehat untuk Lawan Budaya Kematian

Oleh: Antonius Benny Susetyo (Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP

Perlu Penguatan Ideologi Pancasila dan Nalar Sehat untuk Lawan Budaya Kematian
Romo Benny Susetyo. Foto: tangkapan layar Instagram

jpnn.com - Tidak lama ini terjadi dua peristiwa memilukan di negara kita tercinta. Pertama adalah bom bunuh diri yang terjadi di Gereja Katedral Makassar dan kedua adalah aksi teror penyerangan yang terjadi di Markas Besar Polisi Republik Indonesia (Mabes Polri).

Aksi bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar yang terjadi pada hari Minggu 28 Maret 2021 itu setidaknya menyebabkan 20 orang mengalami luka-luka dan 2 pelaku tewas seketika di tempat. Sedangkan aksi penyerangan di Mabes Polri pada Rabu, 31 Maret kemarin menggemparkan publik.

Seorang perempuan, tiba-tiba mendatangi kompleks Mabes Polri dan melakukan penembakan terhadap anggota Polri. Polisi pun berhasil melumpuhkan pelaku dengan menembakan di bagian jantung yang membuat tewas di tempat.

Dua kejadian tersebut dan peristiwa kejian serupa yang pernah terjadi sebelumnya merupakan bukti bahwa aksi terorisme masih berkembang di bumi pertiwi ini. Aksi bom bunuh diri ini sudah menjadi sebuah budaya yang disebut dengan budaya kematian.  

Budaya kematian (Culture of Death) adalah suatu budaya yang tidak lagi bersahabat dengan sistem kehidupan manusia dengan menempatkan manusia pada posisi objek yang bisa memusnahkan kehidupan itu sendiri.

Persoalan kekerasan yang berkaitan dengan budaya kematian ini berkaitan dengan eksistensi manusia. Manusia memiliki sikap kebinatangan ketika dirinya dalam situasi terdesak. Sikap ini biasanya keluar ketika dirinya tidak mendapatkan eksistensi dan mencari jati dirinya.

Ketika seseorang mecari jati diri dan bertemu dengan orang atau lingkungan yang tidak seharusnya ini akan mempengaruhi pemikiran dan sikap seseorang baik akan digunakan untuk kepentingan perebutan kekuasaan, kepentingan polotik, kepentingan individu dan lain untuk menjadikan seseorang sebagai alat kekerasan yang dirinya yakini akan mendapatkan surga.

Di era digitalisasi ini muncul masalsah yaitu hilangnya kesadaran yang digantikan dengan kesadaran palsu. Munculnya kesadaran palsu ini menjanjikan ideologi kematian yang diartikan dapat memecahkan masalah ke frustasian, luka batin, masalah kesenjangan sosial, luka batin. Kesadaran palsu ini diyakini sebagai cara untuk mendapatkan surga yang semu.

Masyarakat harus bijak dalam mengolah informasi dan wasapada terhadap budaya kematian. Janji surga yang ditawarkan oleh budaya kematian adalah semu karena menganggap semua solusi permasalahan adalah kematian.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News